Di usia 54 tahun, Rachmat Basoeki Soetardjo masih memiliki mimpi yang belum terkejar. Mimpi itu ialah menjadi pejabat yang bisa mengubah kebijakan negara di bidang kesehatan. “Kalau ditanya mimpi, saya ingin di Ditjen Bina Medik Kementerian Kesehatan,” kata Basoeki.
Ada sejumlah alasan kenapa Basoeki bermimpi bisa mengabdi di Ditjen Bina Medik. Salah satunya ialah bisa memberikan perubahan kebijakan kesehatan hingga ke lapisan masyarakat kelas bawah. “Kalau di Ditjen Bina Medik, saya bisa mengatur kebijakan-kebijakan RS di seluruh Indonesia mulai hal terkecil. Jadi, ada peran yang lebih besar untuk perbaikan kualitas kesehatan,” terangnya.
Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024
Terlepas dari mimpi tersebut, Basuki sebenarnya memimpikan terciptanya sebuah layanan kesehatan secara cuma-cuma bagi semua masyarakat tanpa perbedaan kelas. Mimpi itu barangkali terlihat utopia bagi negara Indonesia saat ini. “Sebab, anggaran negara belum bisa mengover semuanya. Berbeda di negara-negara maju, yang semua masyarakat sudah dijamin kesehatannya oleh negara,” paparnya.
Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang akan diberlakukan di Indonesia pada tahun mendatang, menurut Basoeki, sebenarnya sudah mendekati sempurna. Namun, adanya perbedaan kelas masyarakat dalam memperoleh layanan kesehatan adalah fakta yang tak bisa dimungkiri.
Ditanya soal layanan bagi warga kelas miskin di RSUD dr Moewardi, lelaki penggemar traveling ini mengaku menyiapkan lima sistem. Pertama, sistem penguatan soft skill bagi semua pegawai dan karyawan. Kedua, perbaikan kesejahteraan karyawan. Ketiga, peningkatan kompetensi karyawan RSDM. Terakhir, membuka layanan komplain dan respons balik dari pasien dan keluarga mereka.
“Layanan terdepan di RS itu yang bersentuhan dengan langsung masyarakat. Fokusnya ialah kualitas pelayanan dan keselamatan pasien,” paparnya.