SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Yogyakarta–Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi kembali mengingatkan kepada masyarakat bahwa aktivitas Gunung Merapi masih cukup berbahaya dan masyarakat diminta untuk tetap berada di luar radius 10 kilometer dari puncak.

“Energi yang tersimpan di Gunung Merapi ini tiga kali lipat lebih besar dibanding energi letusan pada 1997, 2001 dan 2006. Sehingga masyarakat harus tetap waspada dan menjauhi daerah berbahaya yang telah ditetapkan,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Surono di Yogyakarta, Minggu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Menurut dia, karakter erupsi Gunung Merapi berbeda dengan karakter yang biasa ditunjukkan yaitu keluarnya awan panas yang kemudian diikuti munculnya titik api diam, lava dan kubah lava baru kemudian erupsi akan berhenti.

Namun, pada erupsi 2010, belum terbentuk kubah lava baru padahal Gunung Merapi sudah meletus sebanyak tiga kali yaitu pada 26 Oktober, 30 Oktober dan 31 Oktober.

Surono mengatakan, keilmuan yang dimiliki bisa meyakinkan bahwa sesuatu akan terjadi, namun gunung api memiliki heterogenitas tersendiri.

Ia mencontohkan, pada letusan Minggu (31/10), tidak ditandai dengan banyaknya gempa vulkanik namun hanya ditandai oleh satu kali gempa vulkanik.

“Kami tidak bisa mempredikasi kapan terjadinya letusan. Yang bisa kami lakukan adalah menerangkan proses yang terjadi,” katanya.

Ia juga meminta agar masyarakat tidak panik, dan tetap mematuhi radius aman, apalagi Yogyakarta adalah kota pelajar dan kota wisata.

Letusan Gunung Merapi tersebut kembali membuat sejumlah daerah di sisi timur gunung terkena hujan abu vulkanik setelah pada letusan Sabtu (30/10) hujan abu mengguyur Kota Yogyakarta.

“Unsur silica dan sulfur yang ada di abu vulkanik tersebut cukup tinggi. Masyarakat harus mengenakan masker, karena silica dan sulfur tersebut tidak baik untuk kesehatan,” katanya yang berharap agar pemberitaan mengenai Gunung Merapi ini tidak merugikan Yogyakarta sebagai Kota Pelajar dan Pariwisata.

Berdasarkan data dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK), letusan Gunung Merapi pada Minggu (31/10) diawali oleh gempa vulkanik tercatat terjadi pada pukul 14.28 WIB diikuti awan panas selama empat menit.

Pada pukul 15.16 WIB kembali terjadi awan panas letusan lima menit yang disertai suara dentuman dan gemuruh terdengar dari Pos Babadan dan Selo. Awan panas ke Kali Gendol yang terpantau dari Kaliurang. Getaran terasa di Babadan dan Selo.

Pada pukul 15.23 WIB kembali terjadi awan panas dengan intensitas sedang berdurasi tiga menit menuju Kali Lamat, Kali Senowo, Kali Krasak, dan Kali Gendol. Dari Pos Jrakah dilaporkan bahwa awan panas mengarah ke Kali Apu sejauh 1,5 km dan Kali Senowo sejauh 2 km.

Berdasarkan data aktivitas seismik Gunung Merapi yang terpantau hingga pukul 12.00 WIB, telah terjadi 93 kali guguran, 22 kali gempa multiphase, dan 17 kali gempa low frekuensi dan satu gempa tektonik.

“Munculnya lebih banyak gempa low frekuensi tersebut sebenarnya mengindikasikan bahwa magma sudah mulai naik ke permukaan yang kemudian diharapkan muncul kubah lava baru. Artinya cukup baik, tetapi ternyata hasilnya tidak, karena justru timbul letusan sore ini,” katanya.

Pascaletusan Minggu sore tersebut, Surono kemudian menarik semua petugas pengamat yang ditempatkan di Pos Babadan dalam waktu yang belum bisa ditentukan karena daerah tersebut cukup berbahaya.

“Masyarakat juga tetap tidak diperbolehkan beraktivitas di sepanjang alur sungai, sepanjang Merapi masih awas,” katanya.

Ant/tya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya