SOLOPOS.COM - Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Maria Endang Sumiwi, melakukan inspeksi stunting di Puskesmas Kedawung I sebagai pilot project program Aksi Cegah Stunting (ACS) pada Jumat (5/8/2022). (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo)

Solopos.com, SRAGEN — Puskemas Kedawung I di Desa Bendungan, Kecamatan Kedawung, Kabupaten Sragen menjadi menjadi pilot project dari program Aksi Cegah Stunting (ACS). Sementara Desa Wonorejo di Kecamatan Kedawung menjadi satu-satunya di Sragen yang jadi sasaran program ACS ini.

Program ACS merupakan program pemerintah pusat yang diadakan untuk menekan angka stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Program ini dibiayai oleh lembaga swadaya masyarakat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada Jumat (5/8/2022), Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat (Ditjen Kesmas) Kementerian Kesehatan, Maria Endang Sumiwi, melakukan inspeksi ke Puskesmas Kedawung I. Inspeksi ini untuk mengetahui sejauh mana perkembangan program yang berjalan sejak Maret 2022 lalu tersebut.

Selain itu, Ditjen Kesmas juga melakukan inspeksi ke sejumlah posyandu, puskesmas dan RS di Kabupaten Sragen.

Baca Juga: Kasus Stunting dan Angka Kematian Ibu di Karanganyar Tinggi

“Program ini sudah berjalan enam bulan dan akan berakhir Agustus ini. Program ini bagus dan cukup efektif dalam mengurangi angkat stunting,” ujar Camat Kedawung, Endang Widayanti, kepada Solopos.com, Jumat.

Dalam program ACS ini, anak-anak diperiksa secara rutin sepekan sekali setiap Rabu di Puskesmas Kedawung I. Karena rutin diperiksa, maka angka stunting jadi meningkat. Namun dari situ juga puskemas memiliki data riil anak stunting yang harus mendapat penanganan.

“Dengan adanya pendataan tersebut, maka bisa segera dirujuk ke rumah sakit rujukan dan mengikuti program perbaikan gizi,” tambahnya.

Di Jateng, Selain Kabupaten Sragen ada pula Kabupaten Magelang yang jadi sasaran program ACS.

Baca Juga: Stunting di Sragen Tertinggi Ke-4 di Soloraya, Bagaimana Mencegahnya?

Menurut tenaga pelayanan gizi (TPG) Puskesmas Kedawung I, Suharto, angka stunting di Kecamatan Kedawung mengalami tren menurun. Pada Mei 2022 ada 100-an kasus, kemudian turun menjadi 80-an kasus pada Juni. Pada Juli terdapat 66 kasus, kemudian pada Agustus per Jumat (5/8/2022) sebanyak 71 kasus.

“Kebanyakan datang dari Desa Wonorejo yang sedang difokuskan dalam ACS ini,” ujar Suharto.

Sejauh ini tidak ada kendala berarti dalam pelaksanaan program ACT ini. Namun, menurut Suharto, ada beberapa warga yang keberatan harus memeriksakan anaknya sepekan sekali ke Puskemas Kedawung I karena menyita waktu mereka.

“Kesadaran masyarakat khususnya Desa Wonorejo, cukup baik. Namun karena masyarakat masih awam terkait stunting yang berbeda dengan gizi buruk. Anak dengan stunting terlihat sehat, dan kadang orang tua yang tidak mau memeriksakan. Jadi kadang dari perangkat desa juga menjemput,” tambah Suharto.

Baca Juga: Banyak Anak Balita Pendek di Sragen, Ini Penyebabnya

Diberi Telur dan Susu

Pada pemeriksaan pertama akan dievaluasi kondisi berat badan anak. Pada pekan kedua akan ditimbang apakah terjadi kenaikan berat badan atau tidak. Ketika tidak mengalami kenaikan berat badan maka dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soeratno Gemolong Sragen.

Di sana anak akan mendapatkan perbaikan gizi. Durasi penanganan ini berkisar dua pekan hingga sebulan. Anak  stunting akan diberikan susu dan telur selama sepekan. Untuk anak usia 6 bulan hingga satu tahun diberikan tujuh butir telur setiap pekan (1 butir/hari).

Kemudian untuk anak usia satu hingga dua tahun diberikan tujuh susu kota dan tujuh butir telur setiap pekan. Untuk anak usia dua tahun ke atas dalam satu minggu diberikan 21 susu kotak, dengan harapan sehari mengonsumsi tiga susu kotak. Kemasan susu kotak tersebut berkapasitas 100ml susu murni dengan rasa tawar.

Suharto mengatakan  penggunaan susu rasa tawar itu juga kadang membuat anak bosan, karena tidak diberikan pilihan rasa lain. Kendala lain yang dihadapi juga tidak bisa melakukan monitoring mengenai konsumsi susu dan telur untuk perbaikan gizi tersebut.

Baca Juga: Masih Jadi Persoalan, Ini Data Stunting di Kabupaten Sragen

Besaran komposisi  bantuan susu dan telur tersebut 50% dari kebutuhan gizi anak sehari-hari. Selebihnya harus dicukupi oleh orang tua sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya