SOLOPOS.COM - Suasana penampungan pasien gangguan mental dan kejiwaan di Pusat Rehabilitasi Mental Sinai, Desa Telukan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Jumat (25/10/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/Solopos)

Suasana penampungan pasien gangguan mental dan kejiwaan di Pusat Rehabilitasi Mental Sinai, Desa Telukan, Kecamatan Grogol,  Sukoharjo, Jumat (25/10/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/Solopos)

Suasana penampungan pasien gangguan mental dan kejiwaan di Pusat Rehabilitasi Mental Sinai, Desa Telukan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Jumat (25/10/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/Solopos)

Bau menyengat menyeruak tatkala Solopos.com menjejakkan kaki di salah satu barak kamar Pusat Rehabilitasi Mental Sinai, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Jumat (25/10/2013).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sebagian penghuninya yang bertubuh kurus berbaring lemah di kasur tingkat yang disusun berhadap-hadapan. Ada guratan wajah bingung, ceria hingga wajah penuh ekspresi kemarahan terlihat di sana. Dengan pakaian seadanya, para penderita gangguan mental ini bertahan hidup. Mereka bergantung pada belas kasihan pemilik panti rehabilitasi.

Di luar barak, beberapa pasien terlihat berjemur di bawah terik matahari yang sudah mulai meninggi. Mereka duduk, mondar-mandir, mencuci pakaian, menjemur kasur dan ada pula yang sedang menjahit. “Ada 190 pasien sakit jiwa dan mantan pencandu narkoba tinggal di sini. Kebanyakan pasien memang gelandangan dan orang telantar yang dipungut petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP),” ujar Ketua Pusat Rehabilitasi Mental Sinai, Titus Lado, 55.

Pusat rehabilitasi mental di Dukuh Kutu RT 002/RW 008, Desa Telukan, Kecamatan Grogol itu berada di tengah-tengah permukiman warga. Di tempat ini, pasien penderita gangguan kejiwaan dibina dengan pendekatan emosional. Mereka didekati dan diajak berkomunikasi dengan sistem kekeluargaan. Sebagian dari mereka yang berhasil melalui proses pemulihan akan dikenalkan kembali pada nilai religius ketuhanan.

“Kebanyakan keluarga pasien itu tidak pernah jujur tentang penyebab penyakit mereka. Rata-rata dari mereka malu dan belum dapat menerima bahwa anggota keluarganya berbeda,” tutur pria asal Nusa Tenggara Timur (NTT) itu.

 Pasien gangguan mental dan kejiwaan menjahit kain di halaman Pusat Rehabilitasi Mental Sinai, Desa Telukan, Kecamatan Grogol,  Sukoharjo, Jumat (25/10/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/Solopos)


Pasien gangguan mental dan kejiwaan menjahit kain di halaman Pusat Rehabilitasi Mental Sinai, Desa Telukan, Kecamatan Grogol, Sukoharjo, Jumat (25/10/2013). (Dian Dewi Purnamasari/JIBI/Solopos)

Pembiayaan panti swasta yang berdiri sejak 1992 itu sebagian besar berasal dari dana swadaya sosial. Terkadang, Pemkab Sukoharjo memberikan dana bantuan untuk perbaikan sarana dan prasarana. Namun bantuan tersebut tidak diterima panti secara rutin. Padahal, biaya yang dikeluarkan untuk keperluan seratusan lebih pasien itu tidak murah. Untuk keperluan logistik misalnya, Titus memasak tak kurang dari satu kuintal beras untuk jatah makan tiga kali sehari pasien. Ia menyebutkan nominal angka sekitar Rp70 juta-Rp80 juta untuk biaya operasional pasien gangguan jiwa ini.

“Kami sadar betul bekerja untuk keperluan sosial. Maka dari itu harus ada pengorbanan. Jumlah bantuan dan penghuni memang tidak sepadan. Tetapi kami tetap berusaha agar kebutuhan itu terpenuhi.”

Titus mengaku pihaknya sering mendapatkan limpahan pasien gelandangan dan orang telantar dari salah satu rumah sakit (RS) di Solo. Padahal kondisinya sangat memprihatinkan dan harus mendapatkan perawatan di RS. Kendati demikian, ia tidak dapat menolak limpahan itu dan mencoba merawat pasien dengan peralatan seadanya.

“Kemarin baru saja ada limpahan pasien dari RS dr Moewardi Solo. Kondisinya sangat memprihatinkan dan masih diinfus. Sampai di sini kami coba pelan-pelan dan disuapi makan,” aku dia.

Titus menilai selama ini diskriminasi masih banyak terjadi pada pasien penderita gangguan jiwa. Masih banyak ditemui pasien dipasung dan diisolir oleh keluarga karena dianggap aib maupun berbahaya. Ia berharap ke depan tindakan tersebut dapat diminimalisasi. Sebab, pasien yang mendapatkan perawatan kejiwaan memadai tidak menutup kemungkinan dapat disembuhkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya