SOLOPOS.COM - Ilustrasi petani menebar pupuk. (Antara/Hendra Nurdiyansyah)

Solopos.com, SRAGEN — Sekitar 100 hektare (ha) lahan pertanian di Desa Sambirejo, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah disiapkan menjadi lahan pertanian organik. Hal itu disebabkan kelangkaan pupuk kimia yang dialami petani Sambirejo Sragen.

Terkait hal itu, ratusan petani yang tergabung dalam kelompok tani diundang dalam pertemuan di Balai Desa Sambirejo, Senin (23/11/2020). Pertemuan itu digelar untuk menyikapi kelangkaan pupuk kimia bersubsidi yang memusingkan petani setempat akhir-akhir ini.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dalam pertemuan itu, para petani bersepakat untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia secara perlahan hingga akhirnya menggunakan 100% pupuk organik.

"Sekarang semua petani mengeluh karena tidak bisa dapatkan pupuk kimia bersubsidi dari pemerintah. Saat ada tawaran untuk beralih ke organik, para petani seperti kami antusias. Apalagi, sudah ada bukti bila penggunaan pupuk organik hasilnya juga memuaskan," papar Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Desa Sambirejo, Asfarodhi, saat ditemui Solopos.com di lokasi.

Ganti Rugi Lahan Terdampak Tol Solo-Jogja di Klaten Segera Cair, Diprediksi Mulai Desember

Kepala Desa Sambirejo, Pri Handoko, mengemukakan 60% warganya bekerja sebagai petani. Saat ini, para petani dibuat pusing dengan kelangkaan pupuk kimia bersubsidi.

Atas dasar itu, ia mengajak petani mengubah pola pikir dengan mengurangi ketergantungan terhadap pupuk kimia secara bertahap. Pada musim tanam (MT) I, para petani di Sambirejo Sragen diharapkan menggunakan paduan pupuk organik dan pupuk kimia dengan perbandingan 25:75.

100% Organik

Pada MT II, perbandingan penggunaan pupuk organik dan kimia adalah 50:50. Sementara pada MT III diharapkan sudah 100% pupuk organik.

"Setiap kali panen, beras akan kami uji lab. Kami ingin tahu tinggal berapa persen kandungan kimianya. Dengan penggunaan pupuk organik hingga 100%, diharapkan kandungan kimia bisa 0%. Target kami itu pertanian organik bisa terwujud 100% maksimal dua tahun. Syukur bisa terwujud dalam satu tahun," papar Pri Handoko.

Dalam pertemuan itu, hadir CEO PT Alami Orion Agrotama, Arthur Sahala Sihotang, selaku penyedia pupuk organik. Pada MT I, kata Arthur, diperlukan 12 botol pupuk organik untuk satu ha lahan pertanian.

Karena lahan yang disiapkan mencapai 100 ha, maka dibutuhkan 1.200 botol pupuk organik. Satu botol pupuk organik itu seharga Rp130.000. Petani bisa membayar pupuk organik tersebut setelah panen.

"Di Subang, penggunaan pupuk organik mampu meningkatkan jumlah produksi dari 6,5 ton/ha menjadi 8,5 ton bahkan ada yang 9 ton/ha. Harga jual beras organik juga lebih tinggi di kisaran Rp14.000/kg. Kalau harga jual beras nonorganik dari petani saat ini rata-rata Rp8.000," papar Arthur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya