SOLOPOS.COM - Seorang petani di Planggu, Trucuk, Klaten, menunjukkan pupuk phonska asli (kanan) dan pupuk phosnak palsu (kiri) di desa setempat, Rabu (26/2/2020). (Solopos/Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN -- Pupuk bersubsidi jenis Phonska yang diduga palsu beredar di kalangan petani wilayah Planggu, Kecamatan Trucuk, Klaten, sejak Januari lalu.

Pupuk itu dibeli petani dari seorang penjual asal Ponjong, Gunungkidul, DIY.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Informasi yang dihimpun Solopos.com, ratusan petani Planggu, Trucuk, itu tergabung dalam kelompok tani Sido Maju. Awal Januari 2020, pupuk bersubsidi langka di kawasan itu.

Para petani kebingungan karena waktu itu usia tanaman padi rata-rata 15 hari. Di usia itu, tanaman padi sangat membutuhkan pupuk, termasuk Phonska.

Driver Gojek Tertembak Peluru Nyasar Polisi di Masaran Sragen

Para petani kesulitan memperoleh pupuk karena di tingkat pengecer stoknya kosong. Di tengah kebingungan tersebut, seorang warga Ponjong, Gunungkidul, DIY, Suparlan, menawarkan pupuk Phonska melalui kelompok tani Sido Maju.

Ketua Kelompok Tani Sido Maju Planggu yang juga Kepala Dusun (Kadus) II Planggu, Bantu Haryanto, langsung membahas pengadaan pupuk itu dengan Kades Planggu.

Selanjutnya, Bantu Haryanto berkoordinasi dengan Bendahara Kelompok Tani Sido Maju Planggu, Widodo. Semula, kelompok tani Sido Maju Planggu memesan tiga ton pupuk phonska, Rabu (8/1/2020).

Geger! 77 Siswa SMP Dipaksa Makan Kotoran Manusia oleh Seniornya

Dua hari kemudian, kelompok tani tersebut menambah pesanan tiga ton lagi. Harga pupuk Phonska ditawarkan sesuai harga eceran tertinggi (HET), yakni senilai Rp115.000 per sak alias 50 kg.

Harga itu sempat ditawar menjadi Rp110.000 per sak. Kelompok tani Sido Maju Planggu menjual pupuk phonska ke petani seharga Rp120.000 per sak.

“Petani di sini memang sedang butuh pupuk. Saat itu, tiba-tiba saya dapat pesan via Whatsapp dari Pak Suparlan. Lantaran sedang butuh, akhirnya saya mengambil pupuk itu," kata Bantu Haryanto saat ditemui wartawan di kantornya, Rabu (26/2/2020).

Bantu mengenal Suparlan karena pada 2016 pernah menawari obat pembasmi tikus kepada petani di Planggu. Awalnya tak ada komplain dari petani terkait pupuk yang dikirim Suparlan.

Jadi Wawali Solo Malah Tombok, Ini Deretan Bisnis Achmad Purnomo hingga Punya Harta Rp102 M

"Lama-lama ada keluhan dari petani, jenis pupuknya ternyata berbeda dengan yang asli. Hingga akhirnya ada yang melapor ke polisi juga,” kata Bantu.

Bantu mengatakan Suparlan mengaku sebagai sales PT Natural Nusantara. Setelah petani menggunakan pupuk itu, ada 1-2 orang yang mengeluh.

"Saat dicampur dengan pupuk urea cepat ngempel. Kualitas pupuk kurang bagus karena tidak langsung membuat tanaman menjadi ijo royo-royo,” katanya.

Lantaran ada yang lapor ke polisi, Bantu dan bendahara kelompok tani, Widodo, dan Kades Planggu sempat dipanggil polisi.

Bantu menambahkan belum pernah berhubungan lagi dengan Suparlan. Dia memperoleh informasi Suparlan juga menawarkan pupuk ke daerah lain, seperti Cawas, Trucuk, dan Bayat.

Janji Yuni: Insentif 6.500 Ketua RT di Sragen Naik Mulai 2021

Kepala Urusan (Kaur) Keuangan Desa Planggu, Sri Widodo, termasuk yang ikut membeli pupuk dari Suparlan melalui kelompok tani. Pupuk itu untuk sawah bengkoknya yang seluas 1 hektare.

“Sekilas, bungkus, warna, dan wujud pupuk yang dibeli itu sama dengan aslinya,” katanya.

Terpisah, Kasatreskrim Polres Klaten, AKP Andriansyah Rithas Hasibuan, tidak menjawab panggilan telepon Solopos.com yang hendak meminta konfirmasi mengenai masalah ini. Pesan Whatsapp juga tak dijawab.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya