SOLOPOS.COM - Ilustrasi gerakan koperasi (Bisnis.com)

Solopos.com, SOLO — Kasus gagal bayar yang terjadi di Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Sejahtera Bersama termasuk di regional Solo benar-benar menjadi pukulan telak dalam sejarah gerakan koperasi di Indonesia. Sebelum itu, sudah tak terhitung kasus serupa yang merugikan anggota koperasi di penjuru Nusantara.

Fenomena tersebut tentu ironis apabila melihat sejarah dan tujuan lahirnya koperasi. Dilansir manchesterhistory.net, koperasi kali pertama lahir di Rochdale, kota di bagian utara Inggris pada 21 Desember 1844.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kala itu Charles Howarth bersama 27 buruh laki-laki dan perempuan berinisiatif membuat badan usaha berdasarkan gerakan ekonomi rakyat, sosial, dan budaya. Koperasi Rochdale muncul sebagai bentuk kekecewaan masyarakat terhadap sistem ekonomi pasar yang mementingkan keuntungan pribadi serta keberpihakan pada pemodal.

sejarah koperasi
Museum Rochdale di Greater Manchester yang menyimpan cerita lengkap sejarah Kota Rochdale dalam membangun koperasi sejak tahun 1844. (Geograph.org.uk)

Berdasarkan sejarah lahirnya, ada persamaan motif antara gerakan koperasi dengan gerakan sosialis. Konsep ekonomi di Inggris pada masa praindustri saat itu memang lekat dengan kapitalisme dan pasar bebas sehingga mengakibatkan kemiskinan dan kesenjangan sosial yang lebar.

Baca Juga: Selain Lorong Bawah Tanah, Diyakini Ada Banyak Bungker di Laweyan Solo

Koperasi yang berasal dari kata “co-operation” atau kerja sama memiliki sejumlah prinsip dasar seperti bersifat sukarela, saling bantu antaranggota, hingga menolak diskriminasi. Lahirnya Koperasi Rochdale bahkan disebut sebagai deklarasi kesetaraan umat manusia.

“Koperasi sejak awal menolak perilaku diskriminatif berdasarkan agama, ras atau status sosial,” ujar Ketua Asosiasi Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) yang juga pemerhati koperasi, Suroto, dalam webinar perkoperasian yang diikuti Solopos.com, beberapa waktu lalu.

Bangun Pabrik dan Perumahan Anggota

Merujuk buku “Dasar-Dasar Rochdale, Sejarah Serta Pelaksanaannya”, gerakan Koperasi Rochdale awalnya hanya berisi berbagai gagasan tentang mengelola toko menggunakan prinsip-prinsip koperasi. Mereka bergerak sebagai koperasi konsumen dengan menyediakan barang-barang untuk keperluan sehari-hari.

Seiring perkembangan dan penambahan modal, koperasi mulai memproduksi sendiri barang yang akan dijual. Hal ini menciptakan kesempatan kerja serta menambah pendapatan bagi mereka yang sudah memiliki pekerjaan.

Baca Juga: Ada Seni Instalasi Wayang Jerami di Balai Kota Solo, Spot Foto Baru Nih

Pada 1851, Koperasi Rochdale mampu mendirikan pabrik dan perumahan bagi anggotanya. Kehadiran koperasi Rochdale mempelopori lahirnya 100 koperasi konsumsi di Inggris pada tahun-tahun selanjutnya.

Pada 1862, koperasi-koperasi konsumsi ini akhirnya menyatukan diri dan mendirikan pusat koperasi pembelian dengan nama The Cooperative Wholesale Society (CWS). Rochdale terus berkembang dan membuka perwakilan di New York, Copenhagen, Hamburg. dan kota lain.

Sejarah berlanjut pada 1945 di mana koperasi CWS semakin berkembang dengan memiliki sekitar 200 pabrik berikut tempat usaha dengan 9.000 pekerja. CWS menghasilkan perputaran modal hingga mencapai 55 juta Poundsterling. Kemudian pada 1950, jumlah anggota koperasi meningkat di seluruh wilayah Inggris hingga berjumlah lebih dari 11 juta orang dari sekitar 50 juta penduduk Inggris.

“Koperasi menempatkan kapital hanya sebagai pembantu, bukan sebagai penentu. Sebagai perkumpulan berbasis orang, koperasi hakikatnya menentang sistem kapitalisme yang perankan modal sebagai penentu kebijakan,” imbuh Suroto yang juga Wakil Ketua Induk Koperasi Usaha Rakyat (Inkur).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya