SOLOPOS.COM - Di saat harga properti terus melambung, generasi milenial disebut sulit punya rumah. (Ilustrasi/Solopos Dok)

Solopos.com, SOLO – Meski berpotensi besar bagi sektor properti, benarkah kalangan milenial disebut masih sulit punya rumah?

Melansir Bisnis.com, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Rabu (6/7/2022), menyebut sebagian masyarakat Indonesia masih menghadapi tantangan berat untuk memenuhi kebutuhan pokok, termasuk papan atau rumah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat ini terdapat backlog hunian hingga 12,75 juta. Antrean itu tidak sebanding dengan pemenuhan hunian bagi rakyat, yang pada tahun ini saja target dari pemerintah adalah 1 juta rumah.

Sri Mulyani menyebut bahwa kondisi itu terjadi di antaranya adalah karena tidak ada titik temu antara penawaran dan permintaan (supply and demand).

Di sisi supply, harga hunian terus meningkat seiring harga tanah yang hampir tidak pernah turun, dan harga bahan baku bangunan yang relatif naik.

Baca Juga: Menang Gugatan Kasus Emas 1,1 Ton Atas ANTM, Siapa Budi Said?

Di sisi permintaan, daya beli masyarakat masih tertekan dan kebutuhan hunian terjangkau menjadi sangat tinggi—menjadi lebih kompleks ketika mengaitkannya dengan infrastruktur pendukung seperti moda transportasi umum.

Sri Mulyani menyebut bahwa banyak orang yang membutuhkan rumah tetapi tidak mampu menjangkaunya.

Sementara terkait generasi milenial yang sulit punya rumah, Direktur PT Ciputra Development Harun Hajadi beberapa waktu lalu mengatakan segmen milenial dinilai masih sangat besar untuk diserap beberapa tahun ke depan.

“Kita di Ciputra Group menggarap semua segmen termasuk the new emerging millenials. Namanya juga emerging, berarti tahun-tahun ke depan pasar ini akan membesar,” katanya seperti dilansir Bisnis beberapa waktu lalu.

Baca Juga: Asyik! Tahun 2023, Tol Semarang-Demak Sudah Bisa Dilalui

Harun menambahkan bahwa besarnya potensi di segmen tersebut bukan berarti tanpa kendala. Menurutnya, persoalan utama yang dihadapi segmen pasar milenial saat ini adalah keterjangkauan.

Masalah keterjangkauan, imbuhnya, terjadi karena kemampuan segmen pasar tersebut untuk pembiayaan properti masih belum memadai. Hal itu terjadi meskipun sejumlah perbankan telah menawarkan uang muka dan suku bunga yang minim.

“Karena mereka [milenial] baru masuk ke dalam dunia kerja, masih banyak dari mereka yang penghasilannya belum mencukupi,” ujarnya

Selain itu, dia mengungkapkan alasan generasi milenial sulit punya rumah adalah adanya perbedaan gaya hidup dengan generasi sebelumnya menjadi tantangan tersendiri.

“Satu lagi, mereka juga sering pindah kerja, maka pasar yang cocok untuk mereka kebanyakan sewa tempat tinggal,” ungkapnya.

Berdasarkan catatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada 2019, diperkirakan terdapat 81 juta orang dari generasi milenial yang belum memiliki rumah. Angka itu setara dengan 31% populasi Indonesia. Itulah ulasan tentang generasi milenial yang diseby masih sulit punya rumah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya