SOLOPOS.COM - Hidroponik seledri

Solopos.com, SOLO — Bertani dengan cara hidroponik banyak diminati masyarakat karena bisa dilakukan di area rumah. Salah satu tanaman yang layak dicoba dengan teknik hidroponik adalah seledri

Salah satu yang memilih bertani hidroponik seledri adalag Tri Yulianto, warga Dusun Dolongan RT 001/RW 003, Desa Jendi, Kecamatan Girimarto, Wonogiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pipa-pipa paralon disusun enam tingkat berbentuk segitiga. Seledri hijau bertangkai panjang memadati seluruh bagian.

Tesla Klaim Punya Teknologi Sensor Pembaca Rambu Lalu Lintas

Sempat merantau ke Bekasi, bapak dua anak memutuskan pulang kampung menjadi petani. Budi daya seledri menggunakan teknik hidroponik dipilihnya.

Hidroponik adalah budi daya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah melalui pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman.

Tanah sebagai media tanam pada sistem pertanian konvensional digantikan oleh media tanam inert yang berfungsi sebagai buffer dan penyangga tanaman.

Media tanam inert dapat berupa arang sekam, spons, expanded clay, rockwool, sabut, perlite, batu apung, vermiculite, pasir, kerikil, dan serbuk kayu. Yulianto, menggunakan sekam berwadahkan gelas plastik bekas air mineral.

Lirik Lagu Kapusan Janji – Didi Kempot feat Yuni Shara

“Pada saat keluar dari pekerjaan, saya belum ada pikiran akan memulai apa. Tapi sudah tersirat soal hidroponik. Bermodalkan dana tabungan di BPJS Ketenagakerjaan ia membeli piranti kelengkapan hidroponik, berikut kelengkapan rumah hijaunya,” kata dia kepada Solopos.com, beberapa waktu lalu.

Yulianto memilih hidroponik karena beberapa keunggulan di antaranya lebih hemat air, bisa dilakukan di manapun, lebih efisien, jarak panen, dan tanam baru lebih cepat, hemat tempat, tak perlu mengolah lahan, serta perawatannya lebih mudah.

Namun, sistem ini membutuhkan dana besar di awal untuk pembuatan modul dan perlengkapan lainnya.

“Seledri saya pilih karena sayuran ini pasti dibutuhkan warga, khususnya yang berbisnis kuliner seperti bakso, soto, sop, dan sebagainya. Petani sayur juga enggak semuanya menanam seledri. Sehingga saya mengambil peluang di situ. Saya menjualnya langsung ke pasar tanpa melalui pengepul atau pasar besar atau istilahnya memotong rantai pasar,” ungkapnya.

Madagaskar Jualan Minuman Herbal Obat Covid-19

Selain itu, seledri di hidroponik itu juga memiliki jangka hidup lebih lama. Tanaman ini dapat dipanen sampai berumur delapan bulan, dengan frekuensi panen setiap 10 hari sekali.

Panen 10 Kg/Hari

Sistem panennya mengambil tangkai yang sudah berwarna hijau tua atau yang posisinya paling bawah. Harga jual per kilogram mencapai Rp15.000 per kilogram saat hari besar.

Sementara di hari biasa, ia menjual dengan harga paling murah Rp7.000. Dengan 1.300 lubang tanam di green house seluas 60 meter, Yulianto mampu panen 10 kilogram per hari. Hitungannya, setiap duabelas lubang tanam menghasilkan satu kilogram seledri.

Mengungkap Gejala dan Cara Mengatasi Cabin Fever, Sindrom Akibat Lamanya Isolasi

“Tinggal dikalikan saja kalau per hari 10 kilogram dengan harga jual Rp7.000 per kilo, per bulan omzetnya Rp2,1 juta. Dikurangi biaya pemeliharaan, listrik, dan air Rp600.000. Itu baru di lahan seluas 60 meter persegi. Bisa dibayangkan kalau saya menambah rumah hijau,” tuturnya.

Yulianto mengaku mengembangkan hidroponik seledri lereng Lawu yang sudah familiar di antara pedagang dan pembeli. Ia hanya menjual hasil panen ke Pasar Sidoharjo, meski pasar lainnya juga meminta pasokan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya