SOLOPOS.COM - Sumiyem, 72, janda tua yang tinggal di rumah berlantai tanah dan berdinding anyaman bambu di Kampung Sidomulyo, RT 50, RW 15, Kelurahan Sragen Wetan, Sragen, Selasa (28/4/2020). (Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN – Janda tua yang hidup sendirian di Kampung Sidomulyo, Kelurahan Sragen Wetan, Sragen, Sumiyem, 72, ternyata punya pekarangan cukup luas.

Ketua RT 50 di Kampung Sidomulyo, Suraji, mengatakan Sumiyem, sempat diusulkan mendapat bantuan renovasi rumah tidak layak huni (RTLH). Namun, bantuan itu gagal didapatkan lantaran Sumiyem tidak bisa menyediakan dana pendamping Rp15 juta.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Selain itu, Suraji mengatakan janda tua di Sragen itu dianggap punya pekarangan cukup luas, sekitar 300 meter persegi. Sekitar ¼ bidang tanah di antaranya sudah diwakafkan oleh anaknya yang tinggal di Jember untuk dibangun musala.

“Mbah Cip ini punya anak lima. Semua akan jadi ahli waris dari Mbah Cip. Sekarang tanah itu belum dibagi-bagi. Kalau rumah itu jadi direhab [dengan program RTLH], kami tidak tahu nanti tanahnya menjadi milik siapa? Mungkin itu pula yang membuat rumah Mbah Cip urung mendapat bantuan rehab pada saat itu,” jelasnya kepada Solopos.com saat ditemui di rumahnya, Rabu (29/4/2020).

Protes APD Kurang, Dokter di Jerman Nekat Foto Telanjang

Dapat Raskin

Suraji juga membenarkan selama ini Sumiyem jarang mendapat bantuan dari pemerintah. Dia memang pernah tercatat sebagai penerima bantuan beras untuk warga miskin (raskin) beberapa tahun silam. Namun, tanpa alasan yang jelas, bantuan raskin itu tiba-tiba dihentikan.

“Dulu ada enam warga saya yang rutin dapat bantuan raskin. Salah satunya Mbah Cip itu. Seiring berjalannya waktu, penerima bantuan berkurang jadi tiga warga lalu jadi satu warga. Mbah Cip sempat protes karena bantuan beras dihentikan. Saya sendiri tidak bisa berbuat apa-apa karena memang ada pengurangan kuota penerima bantuan beras,” paparnya.

Diberitakan Solopos.com sebelumnya, Sumiyem telah 35 tahun hidup menjanda. Janda tua di Sragen itu tinggal sendirian sejak suaminya meninggal dan lima anaknya merantau.

Resep Semur Ayam Kecap Spesial untuk Sahur

5 Anak Merantau

Tiga anaknya merantau ke Jawa Timur dan Jawa Barat. Sementara dua lainnya berada di Sragen. Menurut kabar yang beredar, anak-anak janda tua di Kampung Sidomulyo, Sragen, itu hidup sukses di perantauan.

Cerita Perantau Dikarantina Di Grha Wisata Solo: Sing Jelas Diopeni, Makan Sehari Bisa 4 Kali

“Ada yang bilang salah satu anaknya kini sukses jadi pedagang mi ayam. Sukses tidaknya saya tidak tahu pasti. Pandangan orang bisa beda-beda. Setahu saya, salah satu anaknya itu berjualan pulsa keliling sementara suaminya bekerja sebagai buruh bangunan,” terang Suraji.

Pada Rabu (29/4/2020), janda tua yang hidup sendirian di gubuk reyot di Kampung Sidomulyo, Kelurahan Sragen Wetan, Sragen, akhirnya mendapat bantuan sembako. Bantuan tersebut disalurkan oleh petugas dari Dinas Sosial Sragen, Rabu (29/4/2020).

3 Langkah Jaga Kebersihan dan Bikin Rumah Steril

Bantuan berupa sembako itu diberikan setelah pihak Dinsos Sragen mendengar kisah Sumiyem yang hidup sebatang kara.

“Begitu mendengar ada informasi itu, saya menindaklanjutinya meminta petugas untuk menyalurkan bantuan sembako,” terang Kepala Dinsos Sragen, Joko Saryono, kepada Solopos.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya