SOLOPOS.COM - Warga merajang tanaman obat di salah satu gudang obat di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (BBPPTOOT) Tawangmangu, belum lama ini. Indonesia berpotensi besar menjadi lokasi wisata kesehatan karena keanekaragaman hayati tanaman obat yang dimiliki. (JIBI/SOLOPOS/Farid Syafrodhi)

Warga merajang tanaman obat di salah satu gudang obat di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (BBPPTOOT) Tawangmangu, belum lama ini. Indonesia berpotensi besar menjadi lokasi wisata kesehatan karena keanekaragaman hayati tanaman obat yang dimiliki. (JIBI/SOLOPOS/Farid Syafrodhi)

JAKARTA – Indonesia berpotensi menjadi tujuan wisata kesehatan, karena memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua setelah Brazil, kata CEO Mustika Ratu Putri Kuswisnuwardhani. “Indonesia punya potensi yang besar untuk jadi tujuan perawatan kesehatan karena kita adalah negara kedua terbesar biodiversitasnya di dunia setelah Brazil,” katanya di Jakarta, Jumat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut dia, di Indonesia, ada lebih dari 14 ribu tanaman yang berkhasiat untuk kesehatan dan kecantikan namun belum dimanfaatkan secara optimal. Dari jumlah itu, baru sekitar 200 tanaman yang telah didaftarkan pada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). “Kita punya lebih dari 14 ribu tanaman yang berkhasiat untuk kesehatan dan kecantikan tapi belum dimanfaatkan optimal,” katanya.

Menurut dia, untuk mengembangkan program wisata kesehatan yang dicanangkan pemerintah, harus ada integrasi pengobatan tradisional ke dalam perawatan kesehatan secara holistik. “Harus duduk bersama antara para dokter, pengelola rumah sakit dan pelaku bisnis pengobatan tradisional, bagaimana peran jamu dan spa sebagai pencegah penyakit bisa masuk ke dalam rumah sakit,” katanya.

Dia mengatakan hal tersebut telah dilakukan di beberapa negara di luar negeri. “Tidak bisa dipungkiri di luar negeri itu sudah mulai diintegrasikan ke dalam perawatan kesehatan secara holistik,” katanya. Saat ini, berbagai negara maju seperti Singapura sudah menerapkan kombinasi antara pengobatan tradisional dan modern di rumah sakit mereka. Sebagai contoh, di sana ada terapis-terapis yang bekerja melakukan pemijatan dan relaksasi terhadap tubuh pasien agar tubuh pasien tidak kaku usai menjalani terapi medis. “Saya melihat integrasi rumah sakit dan pengobatan tradisional di luar negeri sudah dilakukan, seperti di Singapura. Terapis masuk ke ruangan pasien dan melakukan pemijatan serta relaksasi agar tubuh pasien tidak kaku,” katanya.

Dia menambahkan, di kawasan ASEAN, negara seperti Singapura, Malaysia dan Thailand merupakan negara-negara yang gencar mempromosikan dan membangun wisata kesehatan. Sementara, pemerintah saat ini tengah menyelenggarakan International Health Tourism Conference melalui Kementerian Kesehatan sejak 28 November hingga 1 Desember 2012. Konferensi ini bertujuan memperkenalkan potensi pengembangan wisata kesehatan di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya