SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak bermain gadget (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Mungkin saat ini sudah menjadi pemandangan umum atau hal yang wajar, mendapati anak-anak yang gemar dan sering bermain handphone.

Di sisi lain kondisi tersebut tidak baik untuk kesehatan mata anak. Lalu bagaimana menyiasatinya?

Dokter Spesialis Mata RS JIH Solo, dr. Dyah Ayu Eliza, Sp.M., dalam Health Talk Rumah Sakit (RS) JIH) Solo berjudul Kesehatan Mata di Era Gaya Hidup Digital, Seberapa Pentingkah?, menjelaskan mengenai pentingnya menjaga kesehatan mata anak tersebut.

Dia mengatakan ada semacam pergeseran kebiasaan anak pada era digital saat ini. Menurutnya di satu sisi era digitalisasi mungkin memudahkan kita, sebab gini hampir semua hal dapat diselesaikan lewat gadget.

“Tapi di satu sisi harus tahu juga ada efek-efek samping dimana terkadang penggunaan gadget terlalu lama dapat menimbulkan keluhan [mata] mulai dari ringan hingga berat,” kata dia. Keluhan atau gangguan ringan misalnya adalah mata lelah, kering, dan tidak nyaman.

Menurutnya keluhan tersebut kini banyak ditemui pada kalangan anak-anak. Kondisi pandemi covid-19 lalu bisa jadi menjadi pemicu utamanya. Sebab diketahui, pandemi menimbulkan pergeseran aktivitas masyarakat. Dari yang awalnya banyak beraktivitas di luar rumah, kemudian beralih menjadi lebih banyak di rumah. Bukan hanya kalangan orang dewasa, perubahan juga terjadi pada kalangan anak-anak usia sekolah.

Dimana sebelum pandemi, anak lebih banyak di rumah. Sekolah pun dilakukan melalui pembelajaran daring atau virtual. Kondisi tersebut membuat anak mau tidak mau akan lebih banyak berinteraksi dengan gadget. Entak itu laptop maupun HP. Sementara menatap terlalu lama layar HP maupun laptop yang menyala sangat tidak baik untuk kesahatan mata anak.

“Dari yang saya amati, akhir-akhir ini pasien yang datang banyak yang anak-anak. Baru ketahuannya setelah [diberlakukan pembelajaran] tatap muka,” kata dia.

Terlacaknya gangguan mata pada anak bisanya bermula dari laporan guru di sekolah yang menyampaikan kepada orang tua siswa tentang kondisi anaknya. Mulai dari kemampuan menulisnya yang melambat, suka maju-maju ke depan kelas saat guru memberikan materi secara tertulis dan sebagainya.

“Mungkin [anak] tidak lihat [tulisan di papan tulis] namun anak belum bisa mengungkapkan. Akhirnya setelah ada screening mata, baru ketahuhan. Ada gangguan, ada mata minus, ada silinder dan sebagainya,” jelas dia.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, pihaknya menyarankan agar setiap orang tua memiliki perhatian lebih pada anak. Ada waktunya anak memang harus menatap gadget. Tapi juga harus diimbangi dengan aktivitas lain.

Durasi aman menatap layar gadget harus disesuaikan dengan usia anak. Misalnya untuk anak dengan usia kurang dari dua tahun harusnya belum boleh bermain gadget. Sedangkan pada anak empat tahun, sebaiknya diberi batasan sekitar kurang dari satu jam. Itupun dalam waktu yang terbagi, artinya harus ada jeda.

“Sekarang dengan kondisi saat ini sulit untuk menjauhkan anak dari gadget. Di sini orang tua punya peran yang sangat besar, bagaimana caranya mengalihkan perhatan anak untuk kegiatan lain agar tidak banyak menatap layar gadget,” lanjut dia.

Sebab semakin lama menatap gadget, terlebih dengan layar yang semakin kecil, akan semakin membuat mata cepat lelah.

Dia juga menyampaikan adanya ketentuan yang umum dikenal dalam menjaga mata agar tidak cepat lelah, yakni rule of 20. Dimana setiap 20 menit melihat dalam jarrak dekat, termasuk saat menatap layar gadget, mata harus diistirahatkan selama 20 detik, kemudian digunakan untuk melihat jarak jauh, sejauh sekitar 20 feet atau sekitar 6 meter.

“Mungkin untuk anak, habis menonton HP selama 20 menit, berhenti dulu, ada waktu jeda. Kemudian perhatikan juga pencahayaan, dengan ruangan cukup terang,” kata dia.

 

Rekomendasi
Berita Lainnya