SOLOPOS.COM - Seorang warga, Yoto Teguh Pambudi, 37, mengecek Punden Pundung atau makam Wisa Kusuma di Dukuh Ngronggah, Desa Kalangan, Kecamatan Gemolong, Sragen, Rabu (16/2/2022). (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SRAGEN — Dukuh Ngronggah, Desa Kalangan, Kecamatan Gemolong, Sragen memiliki sejumlah keunikan. Selain tradisi gendong manten dan pantangan menikahi tetangga dari Kebayan III serta mengambil barang mereka, ada lagi keunikan lainnya.

Keunikan itu yakni keberadaan makam Wisa Kusuma, orang yang diyakini warga setempat sebagai abdi dalem Keraton Solo yang jadi cikal bakal warga dukuh tersebut. Makam itu kerap didatangi sejumlah orang yang ingin naik pangkat atau jabatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Banyak orang percaya kalau menginginkan pangkat harus sowan ke Punden Pundung. Makam Eyang Wisa Kusuma,” kata warga yang juga tokoh Desa Kalangan, Yoto Teguh Pambudi, 37, kepada Solopos.com, Rabu (17/2/2022).

Baca Juga: Karena Mitos, Warga Dukuh di Sragen Ini Emoh Menikah dengan Tetangga

Yoto mengatakan ada orang yang ingin menjadi bayan atau kepala desa melakukan doa di Punden Pundung. Mereka bermalam untuk berdoa. Sejumlah kepala desa juga pernah berkunjung ke Ngronggah.

“Jika sudah sukses. Mereka menyembelih kambing lalu masak di sini [sekitar makam]. Maknanya syukuran,” jelasnya.

Adapun Wisa Kusuma dipercaya sebagai anak raja dari seorang selir. Dia mengembara dari Solo menuju ke utara bersama dua abdi dalem Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton Solo, yakni Tumenggung Natar Nyawa dan Indra Nitis.

Mereka tiba di sebuah wilayah yang kini namanya menjadi Dukuh Sentanan. Setelah itu, mereka berpencar namun lokasinya tidak jauh, yakni Tumenggung Natar Nyawa tetap di Dukuh Sentanan, Wisa Kusuma menetap di Dukuh Ngronggah.

Baca Juga: Gara-Gara Ambil Korek Tetangga, Warga Dukuh Ngronggah Sragen Bisa Sakit

Sedangkan Indra Nitis tinggal di tempat yang sekarang menjadi Dusun Karangmojo, Desa Kalangan. Berdasarkan pantauan Solopos.com, nisan Wisa Kusuma dari kayu berada di dalam bangunan permanen.

Ada pundung pada pusara Wisa Kusuma. Suasana makan adem sebab ada sejumlah pohon rindang yang tumbuh di area makam.

Sementara itu, di sekitar pusara Wisa Kuruma terdapat sejumlah nisan lain, namun tidak di dalam bangunan. Yoto tidak mengenali makam tersebut. Dia mengatakan warga punya tempat pemakaman umum sendiri di lokasi lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya