SOLOPOS.COM - RSUD Dr Moewardi Solo. (Liputan6.com)

Solopos.com, SOLO -- Puncak pandemi corona yang ditandai dengan ledakan jumlah kasus melebihi perkiraan di Soloraya diprediksi awal Mei 2020.

Pakar Matematika Universitas Sebelas Maret atau UNS Solo, Sutanto, menyebut ledakan ini dipicu aktivitas masyarakat mudik dari daerah zona merah corona ke wilayah Soloraya.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Pemudik dari zona merah ini berpotensi membawa virus corona yang bisa menular ke orang-orang di daerah tujuan mudik meski mereka tidak mengalami gejala sakit.

Menurut Sutanto, pemudik ini laju kontaknya cepat. Siapa saja yang ditemui, entah yang dikenal atau tidak berpotensi menularkan penyakit.

Pemudik Karanganyar Terjaring Razia: Bukannya Jalani Karantina, Malah Ngamar Di Hotel

"Kalau digambarkan satu titik, titik ini akan saling terhubung satu sama lain karena pertemuan itu," jelas dia.

Lalu bagaimana kesiapan rumah sakit, terutama rumah sakit rujukan penanganan pasien corona menghadapi potensi puncak pandemi corona di Soloraya awal Mei mendatang?

Ruang Isolasi Penuh

Dewan Pengawas RSUD dr Moewardi (RSDM) Solo, Reviono, mengatakan ruang isolasi di rumah sakit rujukan corona itu saat ini penuh. Pasien dalam pengawasan (PDP) terus berdatangan setiap harinya.

“Saat ini jumlahnya ada 13-14 orang. Tapi silih berganti ya, jadi, kalau ada yang hasil swab-nya negatif mereka akan langsung digeser ke ruang nonisolasi. Ruang isolasi dipakai PDP baru,” tuturnya.

PDP Corona Asal Mojolaban Sukoharjo Meninggal Dunia

Di sisi lain, Reviono menyayangkan lamanya waktu untuk tes swab PCR (polymerase chain reaction) pasien dalam pengawasan (PDP) yang dirawat di rumah sakit rujukan.

Bahkan, PDP yang sudah meninggal dan dimakamkan pun, hasil tes swab PCR-nya sebagian belum diketahui sampai saat ini.

Reviono mengatakan rumah sakit selalu mengambil swab dan mengirim spesimen berupa lendir hidung/tenggorokan setiap PDP yang dirujuk.

“Kami selalu kirim ke Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes). Tapi mengantre lama. Teknisnya, PDP datang dan masuk ruang isolasi itu langsung diambil swab-nya,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Senin (6/4/2020).

Ayah Dory Harsa, Pengendang Senior Agus Haryanto Tutup Usia

Reviono menjelaskan saat ini hasil swab baru bisa diketahui 7-10 hari setelah pengiriman. Jangka waktu itu lebih panjang dibanding beberapa pekan lalu yang keluar 3-4 hari setelah pengiriman.

Kendati begitu, setiap PDP sudah diperlakukan dengan protokol Covid-19. Termasuk keluarganya yang ditetapkan menjadi orang dalam pemantauan (ODP).

Ingin Solo Punya Laboratorium Sendiri

Hasil tes yang terlalu lama itu juga menjadi kendala selama ini. PDP masih harus berada di ruang isolasi selagi hasil tes swabnya belum negatif sehingga ruang isolasi menjadi penuh.

Padahal PDP baru juga terus berdatangan. Ia juga mengakui jumlah PDP yang meninggal dan statusnya belum terkonfirmasi masih banyak. Saat ini, sambungnya, total PDP di RSUD dr Moewardi Solo sekitar 14 orang dan pasien terkonfirmasi positif Corona satu orang yakni rujukan dari Pati.

Kecelakaan Truk Terguling di Karanganyar, Muatan Pisang Dari Lampung Berhamburan

“Makanya kami ingin agar Solo punya laboratorium yang bisa mengetes swab PCR sendiri,” ungkap Reviono.

Salah satu laboratorium yang diajukan adalah milik RS Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Level keselamatan biologi atau biosafety level yang dibutuhkan minimal 2+. Atau yang berhubungan dengan agen-agen eksotik yang dapat mengakibatkan potensi terkena penyakit berbahaya.

“Tapi [di UNS], alatnya kami belum punya, keamanan laboratoriumnya belum terpenuhi. Kalau bisa selesai di situ, kami enggak kesulitan dan lebih cepat hasil swab-nya. Jadi enggak terlalu lama menunggu,” tutup Reviono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya