SOLOPOS.COM - Sejumlah warga mengungsi ke rumah warga lainnya yang aman dari bau menyengat di Nguter, Sukoharjo. Selasa (24/10/2017). (Istimewa)

Puluhan warga di wilayah Nguter, Sukoharjo, mengeluhkan bau menyengat limbah pabrik.

Solopos.com, SUKOHARJO — Warga empat desa di Kecamatan Nguter, Sukoharjo, resah dengan bau menyengat yang bikin mual selama sepekan terakhir. Bau menyengat itu seperti tinja dari septic tank yang terbuka.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Empat desa itu adalah Gupit, Plesan, Celep, dan Pengkol. Dampak bau limbah menyebabkan warga sudah tidur, mual, dan muntah. Sebagian warga sempat berobat ke Puskesmas Nguter dan menjalani rawat jalan.

Puncaknya pada Selasa (24/10/2017) malam puluhan warga Dukuh Tawang dan Dukuh Krajan RT 001 dan 002/008, Desa Gupit, mengungsi ke rumah kosong milik Lasiyono. Rumah Lasiyono itu dinilai aman dan nyaman bagi warga karena berjarak sekitar satu kilometer dari rumah warga terdampak.

Bau menyengat itu diduga berasal dari proses produksi dari PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Desa Plesan. Informasi itu disampaikan Kasdi dan Paimo, warga Dukuh Tawang yang mengantarkan tim gabungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo meninjau warga serta mengecek lokasi saluran pembuangan limbah PT RUM, Rabu (25/10/2017).

Tim gabungan terdiri atas Dinas Lingkungan Hidup, Satpol PP, Kepala Dukuh Krajan Teguh, Kapolsek Nguter AKP Didik Noer, dan perangkat Desa Gupit. Kasdi dan Paimo bercerita bau menyengat terhirup sejak Kamis (19/10/2017).

Informasi lain bau menyengat itu sampai ke desa tetangga seperti Pengkol dan Celep. Warga setempat dikabarkan akan menggelar demo longmarch dari Songgorunggi ke lokasi pabrik. Terkait demo itu, Kapolsek Nguter, AKP Didik Noer, mengatakan belum ada pemberitahuan ke polisi. “Hari ini [Rabu] koordinator lapangan akan ke kantor.”

Paimo mengaku menderita mual dan pusing setelah mencium bau tersebut. “Baunya seperti tinja di septic tank. Saya sendiri merasakan sampai pusing. Warga tidak mempermasalahkan pendirian pabrik tetapi mohon bau busuk itu hilang. Saya kenal dengan pegawai dan petugas satpam PT RUM karena mereka juga warga kami [Tawang].”

Hal sama disampaikan Kasdi yang melaporkan masalah bau ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo. Menurutnya, 50-an warga sempat mengungsi semalam ke rumah Lasiyono atau ke rumah saudara mereka agar terhindar bau busuk.

“Bau busuk sudah tercium sejak Kamis malam pekan lalu tetapi 50-an warga mengungsi tadi malam [Selasa malam] karena tidak betah mencium bau busuk tersebut,” jelasnya.

Sedangkan Pj. Kadus Krajan, Teguh, mengatakan bau menyengat itu menyesuaikan arah angin. “Jika arah angin ke selatan ya warga selatan merasakan bau menyengat tetapi apabila angin bertiup ke utara, warga di sana yang menghirup bau menyengat tersebut,” katanya.

Dia sudah melaporkan peristiwa itu ke pemerintah desa dan kecamatan. “Warga ingin bau menyengat tersebut hilang. Hanya itu keinginan warga,” tandasnya.

Pantauan Solopos.com, petugas gabungan turun mengecek lokasi pembuangan limbah PT RUM ke aliran sungai dan bertemu warga pengungsi. Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup Bidang Penataan dan Peningkatan Kapasitas Lingkungan Hidup DLH Sukoharjo, Purwanto Adi Nugroho, mengatakan tim melakukan penyisiran guna mencari sumber bau menyengat yang dikeluhkan warga.

“Laporan warga atas nama Kasdi sudah masuk tertanggal 22 Oktober dan kami bersama petugas lain mengecek ke lokasi hari ini [Rabu]. Kami juga mengambil sampel air yang dibuang diduga milik PT RUM untuk diteliti kadar pH atau tingkat keasamannya.”

Dia menjelaskan PT RUM belum resmi beroperasi. “Jika muncul bau limbah apakah PT RUM sedang melakukan uji coba? Untuk mengetahui kejelasannya hari ini [Rabu] dilakukan pengecekan.”

Kasi Pengaduan dan Penyelesaian Sengketa Lingkungan DLH, Harjanti, menambahkan limbah cair bisa dibuang ke perairan umum jika memiliki kadar pH antara 6-9. “Jika kadar limbah cair pH-nya di bawah 6 atau di atas 9 harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi syarat baru dibuang ke perairan umum.”

Sementara itu, General Manager Human Resources and Development (HRD) HRD PT RUM, Hariyo Ngadiyono, mengakui ada uji coba di pabriknya. Ujicoba bahan baku dilakukan Sabtu (21/10/2017).

“Keluhan warga sudah kami dengar tetapi kami belum sempat menemui warga. Kedatangan tim gabungan dari LH Sukoharjo ini kami apresiasi sehingga kekurangan pabrik bisa dijelaskan sehingga segera dipenuhi. Sabtu memang ada ujicoba tetapi ada keluhan bau sehingga esok harinya atau Minggu disetop,” katanya.

Haryo menyatakan saat uji coba mesin belum sempurna dan masih terdapat trouble. “Mudah-mudahan setelah mesin normal tidak ada bau lagi. Kami akan melakukan penyempurnaan sampai tidak ada dampak bau.”

Menyinggung warga yang sakit, Haryo, menyatakan di pabrik berdiri klinik yang buka 24 jam. “Kami akan berkoordinasi dengan atasan bagaimana penanganan warga yang sakit,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya