SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

JOGJA—Puluhan anak di DIY terdeteksi mengidap HIV/AIDS, dari total 1.363 pengidap penyakit mematikan tersebut. Pemerintah pusat dan daerah didesak mendukung penanggulangan HIV/AIDS melalui keberpihakan anggaran agar tak selalu bergantung dengan donasi dari luar negeri.

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) DIY, Riswanto kepada Harian Jogja usai jumpa pers Pertemuan Nasional (Pernas) AIDS IV di Hotel Inna Garuda, Rabu (21/9) mengatakan, hingga saat ini tercatat jumlah pengidap HIV/AIDS di DIY sebanyak 1.363 orang. Sebanyak 35 orang di antaranya merupakan anak-anak usia balita hingga SMP. Temuan itu tercatat per Juli tahun ini. KPA juga mencatat terjadi kenaikan 8% jumlah pengidap HIV/AIDS dibanding tahun lalu.

Promosi Semarang (Kaline) Banjir, Saat Alam Mulai Bosan Bersahabat

“Untuk anak-anak yang saat ini mengidap HIV/AIDS di DIY ada 35 orang, kalau jumlah 1.363 itukan akumulatif, jadi bertambah terus. Mungkin di antaranya ada yang sudah meninggal,” terang Riswanto.

Tren anak-anak pengidap penyakit tersebut kebanyakan tertular dari ibu yang terkena HIV/AIDS. Sementara si ibu diduga tertular dari suaminya yang telah sejak awal mengidap penyakit. Dalam jumpa pers Riswanto juga mengatakan, sebanyak 120 Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di DIY diketahui berasal dari luar daerah masih dalam pulau Jawa. Mereka kebanyakan datang dari Ambarawa, Magelang, Temanggung, Purworejo, Klaten dan Solo (Jawa Tengah).

Selama masih memiliki uang, ODHA sangat berpotensi melakukan hijrah dari tempat asalnya. “Jogja memang jadi salah satu pilihan. Kemungkinan orang yang terkena AIDS enggak mungkin mereka mau menetap di daearah asalnya, bisa jadi karena malu, makanya hijrah ke daerah lain,” katanya. Perpindahan ODHA dari satu tempat ke tempat lain ini menurutnya sulit dicegah.

Koordinator Bidang Ilmiah Pernas AIDS, Yanri Subronto mengatakan, sejak 2007 hingga kini tren penularan HIV/AIDS diketahui paling banyak lewat heteroseksual dari sebelumnya lewat jarum suntik tidak steril yang digunakan pecandu narkoba. “Sekarang 50% penularan bukan lagi lewat pecandu, memang karena heteroseksual,” ungkap Yanri.

Sementara itu, di RS. Sardjito Jogja, hingga saat ini menurutnya sudah ada 300 ODHA yang mengikuti terapi antiretroviral (Terapi bagi penderita HIV/AIDS). Di antaranya diikuti ibu-ibu hamil yang teridap, untuk mencegah penularan ke bayi yang dikandung.(Harian Jogja/Bhekti Suryani)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya