SOLOPOS.COM - Sebanyak 185 tenaga kerja indonesia (TKI) yang terdiri atas 98 orang TKI laki-laki, 85 tenaga kerja wanita (TKW), beserta dua orang anak mereka dideportasi dari Malaysia melalui Pelabuhan Internasional Sri Bintan Pura Tanjungpinang, Kepulauan Riau, Jumat (16/5/2014). Para TKI tersebut dipulangkan akibat habisnya izin kerja dan pemutusan hubungan kerja dari perusahan tempat mereka bekerja. Sejumlah TKI itu mengaku mengalami nasib buruk karena sempat dipenjara akibat tidak memiliki dokumen seperti paspor dan izin kerja. (JIBI/Harian Jogja/Antara/Mika Muhammad)

Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Jogja menyelenggarakan pelatihan usaha bagi TKI purna dari wilayah Kokap, Kulonprogo

 
Harianjogja.com, JOGJA– Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Jogja menyelenggarakan pelatihan usaha bagi TKI purna dari wilayah Kokap, Kulonprogo. Mereka diharapkan tetap memiliki sumber penghasilan yang bisa diandalkan meski tidak kembali bekerja di luar negeri.

Promosi Mali, Sang Juara Tanpa Mahkota

Kepala BP3TKI Jogja, AB Rachman mengatakan, pelatihan berlangsung selama empat hari sejak Selasa (9/5/2017) kemarin hingga Jumat (12/5/2017) besok di King Hotel, Wates.

Materi pelatihan diberikan secara komperehensif oleh sejumlah narasumber, mulai dari perwakilan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) serta Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kulonprogo, BP3TKI Jogja, hingga kalangan praktisi dan unsur perbankan.

Rachman mengungkapkan, pelatihan tersebut diikuti oleh 25 warga Desa Hargowilis dan Hargotirto, Kecamatan Kokap. Mereka bukan hanya berasal dari kalangan TKI purna, melainkan juga anggota keluarganya. “Kami berharap keluarga TKI purna dapat lebih sejahtera setelah mengikuti pelatihan,” ujar Rachman, Kamis (11/5/2017).

Rachman memaparkan, materi pelatihan yang dilaksanakan kali ini adalah seputar usaha budi daya dan kuliner kelinci. Pihaknya mempertimbangkan potensi budi daya kelinci yang sudah dirintis warga Kokap. “Jika dikaitkan dengan keberadaan Waduk Sermo di Kokap, kelinci juga bisa dijadikan ikon wisata kuliner di sana,” kata Rachman.

Menurut Rachman, peluang usaha budi daya kelinci cukup menjanjikan. Masyarakat bisa mendapatkan penghasilan yang layak apabila usaha tersebut dikelola secara tepat. Dia lalu berharap para TKI purna termotivasi untuk berkarya di daerah asal. Mereka setidaknya menyadari jika ada banyak cara untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga tanpa harus bekerja di luar negeri.

Sementara itu, Kepala Disnakertrans Kulonprogo, Eko Wisnu Wardhana mengatakan, usaha budi daya kelinci diketahui sudah cukup sukses dijalankan TKI purna asal Kokap. Dia berharap keberhasilan itu bisa menular kepada TKI purna lain di wilayah tersebut.

“Potensinya banyak, mulai dari indukan dan bibit kelinci, kotorannya untuk pupuk, sampai dagingnya untuk konsumsi atau usaha kuliner,” ungkap Eko.

Eko lalu berpendapat, pelatihan yang diadakan BP3TKI Jogja selaras dengan upaya Pemkab Kulonprogo untuk mengurangi angka kemiskinan dan pengangguran melalui program pemberdayaan masyarakat. “Kami pun berharap TKI purna dan keluarganya tetap bisa berpenghasilan walau tidak merantau ke luar negeri,” ucap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya