SOLOPOS.COM - Ilustrasi persebaran virus corona pemicu Covid-19 di udara. (Bisnis)

Solopos.com, SOLO -- Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo mewaspadai kemungkinan munculnya klaster penularan Covid-19 di lingkungan sekolah seiring uji coba pembelajaran tatap muka atau PTM sejak beberapa waktu lalu.

Seperti diketahui, Satuan Petugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kota Solo mencatat temuan klaster pondok pesantren pada Maret lalu. Pada saat yang sama, sekolah mulai menggelar pembelajaran tatap muka (PTM).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Klaster pondok pesantren di Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, itu mencapai 41 kasus dari dua indeks kasus. Indeks kasus pertama menular ke 18 orang, kemudian indeks kedua ke 18 orang lagi lalu ke lima orang.

Baca Juga: Murid-Murid SMKN 4 Solo Sekolah Pakai Baju APD Khusus

Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, mengatakan munculnya klaster Covid-19 pondok pesantren harus menjadi pengingat bagi sekolah untuk memperketat protokol kesehatan. Hal itu agar tidak muncul klaster baru di sekolah selama uji PTM.

Pemakaian masker dan jaga jarak menjadi mutlak dilakukan. Guru wajib mengingatkan siswa saat mereka abai mengenakan masker atau menerapkan protokol kesehatan lainnya.

“Saat berkumpul itu kan tidak diketahui siapa yang baru saja bertemu siapa. Kemudian bisa menularkan kalau salah satunya abai. Kemungkinan ini yang terjadi di ponpes tersebut,” katanya kepada wartawan, Kamis (8/4/2021).

Baca Juga: Hari Ini Siswa 23 SMP Kota Solo Mulai Sekolah Tatap Muka, Begini Tahapannya

Melindungi Diri Sendiri

Ning, sapaan akrabnya, menduga mungkin ada tamu yang datang atau mungkin ada yang baru bersinggungan dengan orang asimtomatik. Meskipun satu lingkungan dekat, Ning mengingatkan protokol kesehatan tetap wajib dilakukan.

Ning mengatakan penerapan protokol kesehatan untuk mencegah munculnya klaster Covid-19 termasuk di sekolah Kota Solo menjadi tanggung jawab pribadi dan masyarakat, tak hanya pemerintah. Masyarakat harus merasa wajib melindungi diri sendiri agar tidak tertular virus SARS CoV-2.

Selama dua pekan uji coba PTM, DKK belum mendapatkan informasi ada siswa maupun guru yang tertular Covid-19. Jika ada yang temuan, PTM harus dihentikan sementara waktu.

Baca Juga: Muncul Klaster Covid-19 di Ponpes Solo, Gibran: PTM Tetap Jalan

“Saya menilai kelengkapan protokol kesehatan di sekolah-sekolah ini sudah siap, sudah baik. Tinggal guru dan siswanya ketat menjalankan protokol kesehatan. Tapi, sumber penularan kan enggak hanya dari sekolah. Manusia bergerak, semakin banyak bergerak ya semakin berisiko. Makanya protokol kesehatan itu wajib,” katanya.

Menyiapkan SOP

Lebih lanjut, Ning mengatakan sebelum uji coba PTM, sekolah sudah diminta menyiapkan Standard Operating Procedure (SOP) hingga memenuhi daftar periksa protokol kesehatan. Hal itu agar tidak muncul klaster Covid-19 di sekolah Kota Solo.

SOP itu mulai dari penyediaan sarana cuci tangan, pemakaian masker dan mengatur jarak meja dan kursi di dalam kelas. Termasuk, aturan antar jemput siswa oleh keluarga inti.

Baca Juga: Ini 10 Sekolah Pelaksana Uji Coba Tatap Muka Wonogiri Tahap I

Sekolah juga diminta bersikap transparan, melakukan testing dan tracing bila ada kasus untuk mencegah wabah meluas serta kembali ke sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) bila perlu.

Fase pertama simulasi PTM berupa pembiasaan perilaku anak di lingkungan sekolah. Mekanismenya dimulai dengan pembelajaran dua jam tanpa istirahat selama sepekan.

“Setelah itu bergantian dengan kelas yang lain. Standar maksimal 50 persen kapasitas. Maksimal 16 anak di tiap kelas dalam kelompok selama satu pekan. Sepekan kelas A dan sepekan kelas B,” terang Sekretaris Dinas Pendidikan Solo, Dwi Ariyatno, belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya