SOLOPOS.COM - Anak-anak sekolah menaiki angkutan kota Wonogiri di Terminal C Wonogiri saat pulang sekolah, Kamis (14/7/2022). (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com,WONOGIRI – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen dan jam pelajaran sekolah yang kembali normal berdampak baik pada pendapatan angkutan kota (angkuta) Wonogiri. Banyak anak sekolah memanfaatkan angkuta sebagai transportasi pulang-pergi sekolah.

Pantauan Solopos.com pada Kamis (14/7/2022) siang, anak sekolah, lebih banyak SMP, menggunakan moda transportasi warna oranye itu untuk pulang ke rumah selepas sekolah.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Beberapa dari mereka cukup menaiki angkuta dari jalan depan sekolah. Sebab biasanya angkuta sudah ngetem di depan sekolah saat jam pulang sekolah. Beberapa yang lain menaiki angkuta dari Terminal Tipe C Wonogiri.

Sementara, pantauan pada Jumat (15/7/2022) saat jam berangkat sekolah, anak-anak yang menggunakan moda transportasi umum lebih sedikit dibandingkan saat pulang sekolah. Mereka lebih banyak diantar keluarga menggunakan kendaraan pribadi.

Baca Juga: Bus Bumel Solo-Wonogiri Ternyata Masih Jadi Pilihan Anak Muda Lho

Ketua Paguyuban Angkuta Wonogiri, Suprapto, mengatakan PTM 100 persen dan jam sekolah normal sejak Senin (11/7), menjadi berkah bagi para sopir angkuta Wonogiri. Penumpang dan pendapatan sopir angkuta turut meningkat lebih dari 10 persen. Angkuta yang biasanya tidak beroperasi tiap hari pun mulai beroperasi lagi .

“Ya lumayan, ada kenaikan kira-kira 10 persen lebih. Memang tidak banyak, tapi jelas tetap ada kenaikan. Penumpang mulai ramai lagi,” kata Suprapto saat dijumpai Solopos.com di Terminal Tipe C Wonogiri, Jumat.

Menurut dia, angkuta yang biasanya hanya ngetem di terminal, sekarang banyak yang ngeblok atau berkeliling sesuai trayek. Terutama saat jam berangkat dan pulang sekolah. Sebelum PTM berjalan, angkuta lebih memilih menunggu penumpang di terminal atau pasar Wonogiri saja. Hal itu karena penumpang terlalu sepi, sehingga tidak cukup menutup biaya operasional jika terus berkeliling.

“Tarif menaiki angkuta untuk pelajar hanya Rp2.000/orang. Itu berlaku untuk semua trayek. Trayek terminal-Selogiri, terminal-Pokoh Kidul, Terminal-Waduk Gajak Mungkur, dan Terminal-Wonokarto. Jadi tarifnya flat,” jelas dia.

Baca Juga: Ternyata Begini Sejarah Penamaan Bakso Titoti Wonogiri

Saat ini masih ada lebih kurang 80 unit angkuta Wonogiri yang masih berlaku. Semua kendaraan dalam kondisi baik dan selalu dilakukan kir mobil secara berkala. Bisa dipastikan armada angkuta yang masih beroperasi berusia di bawah 25 tahun.

“Kalau di rata-rata enggak bisa. Yang jelas semua armada sudah sesuai aturan, yaitu maksimal berusia 25 tahun. Kalau dilihat, usia armada sekarang bermacam-macam, ada yang keluaran 2000-an sampai keluaran terbaru,” jelas Suprapto yang juga menjadi Sopir angkuta trayek terminal-Selogiri.

Dia menambahkan, ekosistem penumpang yang sudah mulai baik ini berpotensi rusak apabila ada Trans Jateng beroperasi di Terminal C Wonogiri. Oleh karena itu, pihaknya berharap kebijakan pengadaan Trans Jateng koridor Solo-Wonogiri jangan tergesa-gesa dan gegabah tanpa memikirkan nasib angkuta Wonogiri.

Sopir angkuta Wonogiri lain, Karno, mengungkapkan hal serupa. Sejak anak-anak sekolah menjalankan PTM 100 persen. Penumpang angkuta miliknya naik lebih dari 10 persen. Dalam sekali jalan, angkuta bisa membawa 15 penumpang. Tiap penumpang dikenai tarif Rp2.000. “Jadi kira-kira, sekali dapat penumpang anak-anak sekolah, bisa dapat Rp30.000. Lumayan lah,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya