SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SUKOHARJO — Manajemen PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Kecamatan Nguter, Sukoharjo, berencana memasang H2SO4 recovery. Alat ini untuk mengurai dan mendaur ulang H2S menjadi H2SO4 untuk produksi.

Harga alat H2SO4 recovery itu dibanderol senilai 30 juta US dollar atau sekitar Rp420 miliar. Sekretaris PT RUM, Bintoro Dibyoseputro, mengatakan terus berupaya menghilangkan bau tak sedap yang dihirup warga.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Selama ini, progres pengurangan bau dari pabrik cukup signifikan. “Saat ini, mesin H2SO4 recovery masih dalam tahap proses perakitan di Tiongkok. Alat ini mengadopsi teknologi canggih di negara-negara Eropa. Sementara harga alat H2SO4 recovery cukup mahal yakni 30 juta US dollar,” kata dia saat ditemui wartawan, Kamis (28/3/2019).

Menurut Bintoro, proses perakitan mesin H2SO4 recovery membutuhan waktu 12 bulan. Namun, sebagian sparepart mesin itu bakal dikirim ke pabrik pertengahan 2019. Alat ini berfungsi mengurai dan mendaur ulang H2S menjadi H2SO4 sehingga bisa meminimalkan limbah udara dari pabrik.

Sebelumnya, PT RUM telah memasang berbagai alat untuk menghilangkan bau limbah udara mulai dari memasang continuois emission monitoring system (CEMS), web scrubber, dan jaringan perpipaan yang ditanam di tanah.

“Sudah ada tiga alat web scrubber yang dipasang di lokasi pabrik. Web scrubber dan H2SO4 recovery bakal dikombinasikan untuk menghilangkan bau limbah udara,” ujar dia.

Pengelolaan limbah udara dibantu konsultan kualitas udara dan ambient dari perguruan tinggi dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Menurut Bintoro, baku mutu emisi gas H2S yang ditetapkan pemerintah yakni 30 kg per ton serat rayon.

Sementara emisi gas H2S yang dihasilkan PT RUM selama masa uji coba produksi maksimal 5,6 kg per ton serat rayon. Di sisi lain, warga yang berdomisili di sekitar pabrik masih kerap mencium bau busuk yang menyengat hidung selama puluhan menit.

Biasanya, bau busuk itu muncul saat turun hujan lebat pada sore hari atau malam hari. Bau busuk itu kian menyengat sehingga mengganggu aktivitas warga setempat.

Lantaran tak kuat, sejumlah warga berunjuk rasa di depan gerai Fashion Village di Jl. Jenderal Sudirman, pekan lalu. “Tak ada bedanya dibanding tahun lalu. Saya masih sering menghirup bau busuk. Pengorbanan saya luar biasa karena menghirup bau busuk setiap hari. Keluarga saya yang menjadi korban,” kata seorang warga Desa Gupit, Kecamatan Nguter, Sarmi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya