SOLOPOS.COM - IST

IST

Tidak butuh waktu lama untuk mengembalikan persepakbolaan Indonesia ke jalur ruwet. Kongres PSSI yang digelar di Solo beberapa bulan lalu sempat memberi harapan, tetapi kemudian dibelokkan lagi ke jalur terjal. Mau ke mana sebenarnya sepak bola Indonesia dibawa?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Setelah mengalami kebuntuan berkali-kali, melalui Kongres di Solo 9 Juli 2011, Djohar Arifin Husein akhirnya terpilih sebagai Ketua Umum PSSI. Berakhir sudah rezim Nurdin Halid yang dituding-tuding tidak membawa kemajuan di dunia sepak bola Indonesia. Bukan hanya, tidak ada prestasi yang diraih, era kepemimpinan Nurdin disebut-sebut penuh dengan intrik dan pelanggaran statuta FIFA. Terutama karena status Nurdin yang pernah menjadi terpidana kasus korupsi.

Gelombang tuntutan reformasi di tubuh PSSI pun muncul dan semakin menggema ketika Arifin Panigoro memunculkan Liga Primer Indonesia (LPI). PSSI kala itu menindak tegas dengan memberi sanksi kepada pihak-pihak pendukung LPI. Sejumlah klub didegradasikan, wasit diberi sanksi, pelatih pun demikian. Pemain yang berlaga di luar ISL yang ada di bawah PSSI kala itu dilarang main di timnas. Tak ada upaya sedikitpun untuk merangkul dan menyatukan LPI di bawah PSSI.

Saat Djohar tampil, dia berjanji akan melakukan reformasi. Tetapi yang terjadi adalah aksi balas dendam. Diawali ketidakpuasan sejumlah klub karena PSSI dinilai melanggar keputusan kongres kekecewaan pun merebak. Sejumlah klub protes karena liga yang digulirkan  tidak sesuai amanat kongres dan melanggar statuta yang menegaskan kompetisi hanya diikuti  maksimal 18 klub. Tetapi rezim Djohar menggulirkan kompetisi IPL dengan 24 klub.

Banyak pihak meradang. Dengan jumlah klub yang sedemikan besar, maka biaya pasti membengkak. Belum lagi jadwal yang dipastikan padat. Akhirnya sejumlah klub memilih ikut ISL yang kembali dilaksanakan oleh PT Liga Indonesia.

Kekacauan pun dimulai. Bukannya belajar dari kesalahan Nurdin, Djohar justru mengambil langkah yang sama. Memberi sanksi kepada klub dan  melarang pemain di luar IPL masuk ke Timnas. Kondisi kian meradang. Puncaknya, pelatih Timnas U-23, Rahmad Darmawan memilih  hengkang dari kursinya. Padahal Rahmad sempat memunculkan harapan akan mampu membentuk tim yang tangguh.

Kekecewaan terus terjadi. Sejumlah pihak pun menggulirkan wacana Kongres Luar Biasa (KLB). Sejumlah Pengprov PSSI menggelar rapat akbar sebagai langkah menggulingkan Djohar.

Direktur Teknik PT PSIM, sekaligus Sekretaris Pengprov DIY dan Ketua FPP (Forum Pengprov PSSI), Dwi Irianto mengatakan pihaknya awalnya telah berusaha untuk menemui pengurus PSSI terkait dengan kekisruhan penyelenggaraan liga. Sayang langkah itu selalu gagal, karena Djohar Arifin tidak ada di tempat.

Pria yang akrab dipanggil Mbah Putih itu mengaku wacana KLB sebenarnya masih jauh dari sebenarnya. Pihaknya akan tetap berpatokan pada kongres tahunan dan menanyakan kembali kepada ‘Kabinet Jenggala’ (Jenggala adalah kediaman Arifin Panigoro) yang kini menguasai PSSI untuk kembali ke hasil Kongres Solo dan Statuta PSSI.

“Kami sudah dua kali datang ke kantor PSSI tapi tidak ditemui. Akhirnya kami pulang dan langsung mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan tersebut kami sepakat mengadakan rapat akbar di Jakarta,” katanya.
Tapi PSSI bergeming. Bukannya mencoba mengakomodasi untuk menyelesaikan masalah, mereka terus mengumbar sanksi. Benar-benar mirip dengan apa yang dilakukan era Nurdin yang dulu dikritik dan ‘dilengserkan’ Djohar Arifin yang semua orang tahu adalah orangnya Arifin Panigoro.

PSSI dengan tegas menilai Rapat Akbar Sepakbola Nasional bukan atas nama PSSI. Mereka tidak bisa melarang pertemuan itu. Tetapi jika ada keputusan yang melanggar statuta maka sanksi akan diberikan. Lagi-lagi sanksi. “Pertemuan itu tidak atas nama PSSI,” demikian bunyi surat edaran yang dikeluarkan PSSI Kamis, (15/12) lalu.  Masihkah ada harapan sepak bola Indonesia membaik?

Terkait wacana KLB, manajemen Persiba Bantul, Briyanto seperti bersikap abu-abu.  “Kami tidak mau semakin memperkeruh suasana. Sebenarnya dari awal komitmen kami tetap bebas aktif. Kalau ada wacana mau ada KLB ya KLB saja, yang pasti kami akan selalu ikut PSSI yang dianggap legal,” tandas Briyanto.

Sedang penanggung jawab latihan PSS, Rumadi yang kembali didaulat sebagai manajer tim menanggapi dingin soal wacana KLB. Menurutnya, jika terus bertikai, kapan kompetisi bisa berjalan lancar serta melahirkan prestasi sepak bola tanah air.(Wartawan Harian Jogja/Jumali, Arief Wahyu, & MG Noviarizal Fernandez)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya