SOLOPOS.COM - Kegiatan latihan PSIM Jogja di Stadion Mandala Krida. (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

PSIM Jogja mengevaluasi titik lemah mereka

Harianjogja.com, JOGJA-Kendati menganggap performa anak asuhnya saat mengalahkan Persijap Jepara dua gol tanpa balas akhir pekan lalu sudah menunjukkan perkembangan, namun bukan berarti Pelatih PSIM Jogja Erwan Hendarwanto tak mengevaluasi mereka.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat berbincang dengan Harianjogja.com, Erwan memang mencatat ada beberapa poin yang menjadi titik lemah. Diantaranya yang paling menonjol adalah pola umpan-umpan panjang yang diterapkan oleh pemain PSIM Jogja saat membangun serangan (built up).

Memang, jika diperhatikan, saat menghadapi Persijap Jepara, skuat asuhannya memang kerap melakukan built up dengan skema bola-bola panjang.

Dari catatan statistik yang dihimpun Harianjogja.com, sepanjang 90 menit, built up dengan skema seperti itu dilakukan pemain PSIM Jogja lebih dari 15 kali.

Jika saja, PSIM Jogja memiliki barisan lini depan yang mahir dalam menyambut bola-bola atas, maka niscaya serangan model seperti itu akan sangat membahayakan pertahanan lawan.

Tapi, kondisi sebaliknya justru dialami Laskar Mataram. Barisan lini serang PSIM Jogja hampir tak ada satu pun yang mampu mendominasi bola-bola atas.

Bersambung halaman 2

Akibatnya, lebih dari 80% built up dari skema bola atas pasti berhasil digagalkan bek Persijap Jepara. “Terlebih, Persijap Jepara banyak dihuni pemain senior yang sudah matang,” tegas Erwan saat ditemui di sela sesi latihan PSIM Jogja yang dipimpinnya, Senin (8/8/2016) sore.

Itulah sebabnya, jelang melawat ke markas Persipur Purwodadi akhir pekan ini, persoalan bola panjang ini memang sudah masuk program latihannya. Menurutnya, bola panjang yang tak efektif, justru menjadi bumerang bagi timnya sendiri.

“Fisik pemain menjadi lebih cepat terkuras. Kuncinya memang kepercayaan diri saja. Mereka kadang ragu-ragu dan kurang sabar memainkan bola-bola pendek di area sendiri,” tegas Erwan.

Tak hanya itu, Erwan juga menilai double pivot miliknya juga tak berjalan sesuai instruksi. Sepanjang pertandingan, terutama saat PSIM Jogja melakukan transisi dari bertahan ke menyerang, ataupun sebaliknya, posisi double pivot miliknya, Pratama Gilang dan Dimas Priyambodo kerap bertumpuk.

“Padahal, seharusnya mereka saling bergantian mengisi ruang. Kalau yang satu membantu pertahanan, berarti satu yang lain tetap berada di area serang,” terang Erwan.

Dari pengamatan Harianjogja.com, hal inilah yang ternyata membuat skema serangan Laskar Mataram menjadi monoton dan mudah terbaca. Lantaran terjadi terus menerus, maka hal ini akan membuat para pemain PSIM Jogja frustasi.

Pembagian peran pivot itu, menurut Erwan sangat penting, terutama bagi tim yang menganut pola false nine macam PSIM Jogja. Pasalnya, dengan pola false nine, dukungan serangan dari gelandang bertahan jelas akan sangat dibutuhkan. “Kalau gelandang bertahan terlambat naik saat menyerang, maka skema serangan akan kacau,” tukas Erwan.

Akhir pekan mendatang, PSIM Jogja akan melawat ke markas Persipur Purwodadi. Meski di atas kertas, PSIM Jogja seharusnya bisa mengatasi perlawanan tim terlemah di Grup 4 Indonesia Soccer Championship (ISC) B itu, namun jika Erwan tak segera membenahi persoalan teknis tersebut, bukan tak mungkin mereka akan kewalahan menghadapi perlawanan tuan rumah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya