SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><span><strong>Solopos.com, WONOGIRI&nbsp;</strong>&mdash; Fenomena bunuh diri yang dilakukan orang lanjut usia (lansia) biasanya berlatar belakang sakit hati karena merasa diabaikan atau mendapat perlakuan kasar secara verbal. Apa pun motivasinya, tindakan bunuh diri dilakukan karena lemahnya fondasi spiritual.</span></p><p><span>Hal itu diungkapkan psikolog asal Solo, Hening Widyastuti, saat dihubungi <em>solopos.com</em>, Kamis (6/9/2018). Dia mengatakan orang tua, terlebih yang sakit, sangat sensitif. Apabila mendapat perlakuan tak mengenakkan, <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180906/495/938317/-kakek-wonogiri-selamat-setelah-tusuk-perutnya-pakai-pisau" title="Kakek Wonogiri Selamat Setelah Tusuk Perutnya Pakai Pisau">mereka cepat</a> tersinggung. </span></p><p><span>Padahal, ungkap Hening, belum tentu keluarga inti berniat memperlakukannya seperti itu. Namun juga tidak menutup kemungkinan memang ada keluarga inti yang mengabaikan orang tua secara halus. </span></p><p><span>Pada sisi lain, orang tua seharusnya mendapat perhatian lebih, apalagi saat sedang sakit. Tekanan psikis orang tua akan lebih kuat ketika mendapat kata-kata kasar dari <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180807/495/932642/dirawat-anak-tak-mau-nenek-wonogiri-ini-malah-gantung-diri" title="Dirawat Anak Tak Mau, Nenek Wonogiri Ini Malah Gantung Diri">orang-orang terdekat.</a></span></p><p><span>&ldquo;Misalnya, <em>wong kok lara terus, ngentekke duit</em> <em>wae </em>[orang kok sakit terus, menghabiskan uang saja]. Kata-kata itu sangat menusuk hati. Sementara, orang yang sedang sakit itu sangat sensitif. Pada titik tertentu orang tersebut merasa hanya hidupnya hanya merepotkan banyak orang,&rdquo; ucap konsultan keluarga itu.</span></p><p><span>Dia melanjutkan tindakan bunuh diri tidak akan dilakukan orang yang memiliki fondasi spiritual kuat apa pun agamanya. Bagi orang yang landasan keimanannya kuat bisa lebih sabar saat menghadapi masalah, termasuk saat sedang sakit. Sebab, orang itu bisa mengelola perasaan berdasar hati nurani. </span></p><p><span>Sebaliknya, orang yang fondasi spiritualnya lemah, jauh dari Sang Maha Kuasa, bisa bertindak di luar akal sehat. Sebab, saat menghadapi masalah tertentu tak ada filter. Saat bertindak salah, orang tersebut tetap melakukan meski sadar betul perbuatan tersebut salah.</span></p><p><span>&ldquo;Individu yang seperti itu, saat menghadapi masalah berat keduniawian merasa tak sanggup menanggung cobaan dan ujian. Kalau tidak imbang antara hati, iman, dan otak, serta didukung faktor lain, seperti hanya diam saat menghadapi masalah atau menarik diri, akhirnya mengambil keputusan sendiri yang salah,&rdquo; ujar anggota Himpunan Psikologi Indonesia (Himpsi) Cabang Solo itu.</span></p><p><span>Orang yang akan bunuh diri biasanya menunjukkan gejala, seperti berubah menjadi sangat pendiam, menarik diri dari lingkungan sekitar. Proses menuju kondisi tersebut berlangsung lama, <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180404/495/908030/bunuh-diri-wonogiri-dalam-sepekan-3-nyawa-melayang-dengan-cara-gantung-diri" title="BUNUH DIRI WONOGIRI : Dalam Sepekan 3 Nyawa Melayang dengan Cara Gantung Diri">sehingga orang</a> sekitarnya tak menyadarinya. Terlebih, orang terdekat sibuk dengan kondisi masing-masing. </span></p><p><span>Oleh karena itu keluarga inti, harus peduli dan memberi perhatian. Lingkungan sekitar juga perlu peduli, seperti bertanya sedang menghadapi masalah apa saat mengetahui teman sering murung. Selain itu bisa memberi motivasi-motivasi positif. Cara itu penting agar orang tersebut bersedia bercerita. Dengan begitu individu tersebut tak memendam sendiri masalahnya.&nbsp;</span></p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya