SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, BOYOLALI</strong> — Perguruan silat Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) Cabang Boyolali dengan tegas menyatakan bertanggung jawab atas kerusakan fasilitas umum dan warung-warung di tepi jalan Solo-Semarang, Kecamatan Banyudono, <a title="Inilah Kronologi Bentrok Dua Perguruan Silat di Boyolali" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180403/492/907713/inilah-kronologi-bentrok-dua-perguruan-silat-di-boyolali-">pascabentrok dengan massa perguruan Sardulo Seto </a>(SS).</p><p>Mereka juga meminta kesempatan agar diberi kepercayaan melakukan rekonsiliasi konflik sendiri dengan perguruan Sardulo Seto (SS) tanpa campur tangan perguruan dari luar wilayah Boyolali.</p><p>Demikian ditegaskan Ketua PSHT Boyolali, Chomaruddin, menanggapi aksi ribuan anggota PSHT dari luar Boyolali yang merangsek masuk ke Boyolali, Selasa (3/4/2018) malam. Dalam aksi itu, tak ada korban jiwa. Hanya, aksi tersebut sempat diwarnai perusakan sejumlah warung makan warga dan fasilitas umum di jalan Solo-Semarang wilayah Banyudono.</p><p>"Apa pun itu aksi show of force semalam, kami akui tidak baik. Banyak warga ketakutan dan kerusakan fasilitas umum dan warung makan. Meski itu adalah warga PSHT luar Boyolali, namun kami ikut bertanggung jawab. Kami akan iuran untuk memperbaiki fasilitas umum dan warung-warung warga yang rusak," ujar Chomaruddin.</p><p>Menurut Chomaruddin, aksi ribuan anggota PSHT dari luar Boyolali semalam sudah di luar kendali. PSHT Boyolali sudah sepakat untuk berdamai dan menyerahkan masalah penganiayaan anggota PSHT kepada aparat penegak hukum.</p><p>Bahkan, demi menekan konflik agar tak meluas, PSHT Boyolali sudah dua kali mengadakan pertemuan dan silaturahmi dengan pimpinan SS yang difasilitasi Polres. "Tapi kan namanya organisasi besar dengan jumlah anggota ribuan ya memang agak sulit dikontrol. Mereka meski dari luar Boyolali tetap saudara kami semua. Makanya, kami ikut bertangung jawab," tegasnya.</p><p>Chomaruddin juga meminta maaf kepada masyarakat yang merasakan dampaknya berupa ketakutan, waswas, dan tak bisa bepergian akibat aksi ribuan aggota PSHT luar Boyolali di Bangak. "Kami ngrumangsani [sadar diri]. Kami juga kasihan. Kami meminta maaf," sambungnya.</p><p>Dalam prinsip PSHT, kata dia, ada tiga tingkatan ketika terjadi konflik, yakni "ngalah, ngaleh, ngamuk". Pengertian "ngamuk" yang selalu disampaikan Chomaruddin adalah menyerahkan masalah kepada aparat penegak hukum, bukan mengamuk melakukan penyerangan.</p><p>"Karena ini negara hukum, ngamuk itu harus diserahkan kepada aparat hukum. Kami percaya, Polres Boyolali sungguh-sungguh dalam memproses hukum oknum yang menganiaya warga PSHT," tegasnya.</p><p>Terakhir, Chomaruddin berpesan agar warga PSHT, khususnya kalangan remaja dan anak-anak muda lebih fokus terlibat kegiatan-kegiatan positif yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Ia menyebutkan misalnya kegiatan training of trainer (TOT), seleksi antarranting PSHT, mendatangkan atlet petarung profesional dari dari PSHT.</p><p>"Harapan saya dengan energi postif ini, warga PSHT bisa tersalurkan energi positifnya," jelasnya.</p><p>&nbsp;</p>

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya