SOLOPOS.COM - Ilustrasi Virus Corona Kota Solo (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, SOLO – Wacana Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB mengemuka. Namun, PSBB tak akan efektif apabila hanya diterapkan di Solo.

Apalagi 11 rumah sakit di kota kelahiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu menjadi rujukan pasien Covid-19 untuk kawasan Soloraya. Dalam beberapa hari terakhir jumlah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 di Soloraya terus bertambah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu berbanding terbalik dengan kondisi Solo yang masih stabil sejak sepekan terakhir. Kondisi inilah yang membuat PSBB di Solo dinilai tidak cukup efektif memutus rantai persebaran virus corona.

Sebab pada kenyataannya semua wilayah di Soloraya berada dalam masa darurat akibat persebaran wabah Covid-19. Namun, usulan PSBB skala Soloraya hanya bisa diajukan oleh Gubernur Jawa Tengah.

Waspada! Ada 263 OTG Covid-19 di Jateng

Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Solo, Ahyani, mengatakan, PSBB di Solo tidak akan efektif. Dia menilai PSBB harus dilakukan di daerah Soloraya.

“Kalau pembatasan hanya berlaku untuk Solo, enggak mungkin bisa. Solo tidak bisa berdiri sendiri karena tergantung dengan kabupaten sekitar. Begitu pula sebaliknya, pasien Soloraya banyak yang dirujuk ke Solo. Misalnya ingin PSBB ya, harus Soloraya,” terangnya dalam jumpa pers di Ruang Natapraja, Kompleks Balai Kota Solo, Selasa (14/4/2020).

Ahyani menyebut usulan PSBB tidak lebih penting jika dibandingkan dengan peningkatan kapasitas rumah sakit rujukan. Hal itu dikarenakan, tren orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP) yang cenderung terus meningkat.

Apabila dihitung ruang isolasi pada enam RS rujukan utama dan lini kedua hanya sekitar 40-an. Sedangkan kapasitas lima RS rujukan lini ketiga hanya belasan.

Corona di Karanganyar: 3 PDP Meninggal, 1 Kecamatan Masih 0 Kasus

Hal itu tidak sebanding dengan jumlah PDP rawat inap di Solo yang mencapai 152 orang, di mana hanya 65 di antaranya warga Solo.

“Ini data kumulatif hingga Selasa siang. Artinya, di jumlah itu sudah ada yang masih dirawat, sembuh, dan meninggal. RSUD dr Moewardi (RSDM) informasinya sudah menambah ruang isolasi. Apabila skenario terburuknya [kamar isolasi] penuh semua, maka RSUD Bung Karno (RSBK) sudah kami siapkan,” jelasnya.

Prediksi Ledakan Kasus

Ahyani mengatakan, secara fisik bangunan RSBK sudah siap. Namun, tenaga kesehatan dan izin belum final sampai saat ini. Pihaknya memprediksi ledakan atau outbreak terjadi pada momen lebaran hingga 14 hari sesudah lebaran. Sekitar akhir Juni, ia berharap masa tanggap darurat sudah berakhir disusul waktu pemulihan.

“Kami khawatir pemudik dari zona merah terus bertambah menjelang Lebaran. Kami inginnya masyarakat benar-benar disiplin. Saat kedatangan melapor, lalu menjalani karantina mandiri. Kalau konsekuen dilakukan, saya yakin kita bisa menghentikan wabah ini bersama-sama,” tandas Ahyani.

Mayat Telanjang Banyuanyar Solo Ternyata Korban Pembunuhan

Sementara, data terbaru hingga Selasa, terdapat penambahan tiga PDP sehingga menjadi 65 orang. Perinciannya, PDP sembuh 33 orang, PDP rawat inap di rumah sakit sebanyak 20 orang, dan PDP meninggal 12 orang.

Jumlah ODP bertambah 15 orang menjadi 382 orang, yang terdiri dari rawat inap delapan orang, rawat jalan sebanyak 104 orang, dan selesai pemantauan sebanyak 270 orang.

“Pelayanan yang lain di Grha Wisata ada 82 pemudik yang dikarantina. Kemudian, di Dalem Joyokusuman sebanyak enam orang. Pemantauan alumni Ijtima Gowa ada 7 orang yang semuanya sudah selesai pemantauan dalam kondsi sehat,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya