SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Indosat akan memprioritaskan modernisasi jaringan dengan alokasi dana 70% dari capital expenditure (capex) tahun depan.

Presiden Direktur Indosat Alexander Rusli mengatakan anggaran capex 2014 masih sama seperti tahun ini sekitar Rp8 triliun. Beberapa komponen yang termasuk program ini mulai dari unit radio, baterai, serat optik, dan menara. Setelah 2014, capex baru akan turun siginifikan karena sudah melewati tahap adopsi teknologi terbaru.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Tahun depan kami akan menyelesaikan program dua tahun modernisasi di Jawa dan di luar Jawa. Bahkan kami sudah siap untuk LTE,” ujarnya kepada Bisnis pekan lalu.

Ekspedisi Mudik 2024

Dengan semakin kuatnya jaringan, ke depan perusahaan akan lebih agresif menggarap segmen layanan data yang tahun ini berkontribusi 30% pada pendapatan. Selama ini Indosat mengaku kesulitan menurunkan harga paket data karena akan memicu kenaikan permintaan, sedangkan infrastruktur jaringan belum siap.

Tahun depan, Alex menyatakan persaingan harga pada layanan data akan semakin kompetitif. Jika infrastruktur sudah siap, mulai akhir 2014 persaingan layanan data akan mulai merambah sektor konten. Jika operator masih berkutat pada persaingan harga data, harga layanan suara dan pesan singkat justru sudah buntu.

Operator sudah tidak lagi bersaing dalam harga kedua layanan ini karena konsumen tidak lagi mementingkan harga. Menurut Alex, berapapun harga yang ditawarkan tidak akan mempengaruhi konsumsi pelanggan atas layanan suara dan pesan singkat.

Terkait merger XL-Axis, Alex mengaku pihaknya menyambut gembira aksi korporasi tersebut karena akan mendorong operator lain untuk melakukan konsolidasi. Apalagi selama ini Axis bersaing dengan IM3 untuk memperebutkan pelanggan. Strategi yang akan diambil Indosat adalah dengan lebih mendorong IM3.

Sementara itu, meski belum membutuhkan frekuensi 2.100 MHz dalam waktu dekat, perusahaan mengatakan akan tetap mengikuti lelang Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk mengamankan satu blok 3G. Menurut
Alex, frekuensi merupakan sumber daya terbatas sehingga berisiko jika diambil pihak lain.

Menurut Alex, tantangan yang akan dihadapi operator telekomunikasi ke depan justru pada depresiasi rupiah. Beban pengeluaran terbesar operator saat ini ada pada capex yang setengahnya menggunakan komponen dolar. Dia mencontohkan, setiap penurunan 1% dari nilai rupiah, Indosat merugi Rp100 miliar. “Depresiasi rupiah ini di luar kendali kami,” tambahnya.

Untuk mengantisipasi kerugian, Indosat juga tengah menjajaki kemungkinan untuk menjual  7.500 menara pada 2015 untuk membiayai obligasi senilai US$650 yang akan jatuh tempo pada 2020. Namun, Alex menyatakan menjual menara tidak mudah karena sama seperti menjajakan 7.500 gedung. Selain itu, kerugian juga akan ditanggulangi dengan anggaran capex yang pasca 2014 akan turun signifikan.

Terkait over the top (OTT), Alex menyayangkan posisi operator yang masih lemah karena terlalu banyak pemain. Saat ini tidak ada mekanisme untuk bisa mengutip biaya dari OTT karena belum ada kesepakatan di antara  operator di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya