SOLOPOS.COM - FILM ANIMASI—Bayu Reza siswa SMKN 11 Surabaya tengah membuat model animasi melalui perangkat lunak di hadapan Wakasek SMKN 3 Kasihan Joko Gunadi. (JIBI/Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)

FILM ANIMASI—Bayu Reza siswa SMKN 11 Surabaya tengah membuat model animasi melalui perangkat lunak di hadapan Wakasek SMKN 3 Kasihan Joko Gunadi. (JIBI/Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)

Tidak terlalu kentara, tetapi prosesnya pasti, sejumlah sekolah menengah kejuruan, dengan ”tuan rumah” SMKN 3 Kasihan, Bantul menggodok sebuah karya animasi, yang sasarannya jelas, menantang superioritas film animasi Upin dan Ipin di layar kaca.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Perkenalan proyek SMK tersebut bisa diintip dari berita di situs resmi Pemkab Bantul, www.bantulkab.go.id pada 22 Maret lalu.

Disebutkan dalam website itu, SMKN 3 Kasihan menciptakan film animasi Adi Sahabat Alam untuk menghadapi tantangan kesukaan anak-anak menonton film animasi Upin dan Ipin, buatan negeri jiran, Malaysia. Bodi Trisyanto, guru film animasi SMKN 3 Kasihan mengatakan film animasi tersebut baru dalam tahap pengerjaan.

Adi Sahabat Alam menceritakan seorang anak yatim piatu bernama Adi yang semasa hidupnya hanya ikut kakeknya. Namun suatu saat sang kakek meninggal dunia. Adi lalu sendirian mewarisi hasil ciptaan kakek berupa robot untuk menemani hidup kesehariannya.

Oleh kakeknya, Adi juga diberi amanah untuk mencari kesembilan pusaka yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Tak mudah bagi Adi karena banyak rintangan yang harus dihadapi. Tapi, Adi tak patah arang. Dia terus menerus mencarinya hingga akhirnya didapatkannya.

Ditemui Harian Jogja, Selasa (27/3) di kantornya, Wakil Kepala Sekolah SMK 3 Kasihan Joko Gunadi mengatakan pembuatan film animasi itu sebetulnya adalah proyek bersama 10 SMK dengan dimodali Kementerian Pendidikan Nasional dengan dana Rp725,3 juta untuk masing-masing sekolah.

9 SMK lainnya adalah SMK Pelita Sukabumi, SMK Tunas Harapan Pati, SMKN 2 Jepara, SMKN2 Wonosobo, SMKN 4 Malang, SMK Bina Informatika Tangerang, SMKN Surakarta, SMKN 5 Jogja, SMNN 11 Surabaya.

Masing-masing sekolah mengirimkan lima siswanya ke SMKN 3 Kasihan yang ditunjuk kementerian sebagai tempat pembuatan animasi tersebut.

Sampai Lembur

Untuk menyelesaikan proyek tersebut ruang aula SMKN 3 Kasihan disulap menjadi tempat kerja mereka. Dari 30 episode yang direncanakan saat ini baru rampung dua episode saja. Untuk mengejar target pengerjaan selama satu tahun, mereka terkadang harus melembur dari pagi hingga dini hari, bahkan sering waktu 24 jam serasa tak cukup untuk menyelesaikan satu epsiode.

Joko mengatakan film animasi itu dibuat untuk segmen anak usia 5-10 tahun dengan tujuan memberikan pendidikan rasa cinta tanah air. ”Film ini untuk membangkitkan rasa nasionalisme, saling menghargai dan bersahabat dengan alam Indonesia,” jelasnya.

“Untuk penayangan nanti menjadi tanggungjawab perusahaan animasi di Jakarta yang melakukan kerjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional,” jelasnya.

Joko yakin jika nanti televisi swasta mau membeli produk siswa SMK tersebut karena sudah melebih syarat minimal 25 episode.”Dulu pernah kami membuat animasi berjudul Bolo-bolo bersama empat SMK yang juga dimodali dari kementerian tapi hasil hanya disimpan karena dengan dana per masing-masing SMK Rp250 juta, hanya mampu membuat film 8 episode,” katanya.

SMKN 3 Kasihan sendiri awalnya adalah Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) yang salah satu misinya adalah melaksanakan pembelajaran seni rupa dan kriya secara optimal dan inovatif. Dengan misi itu memberikan motivasi bagi sekolah untuk membuka program studi animasi pada 2009.

Menurut Joko, banyak lahan bagi animator di Indonesia seiring dengan tumbuhnya production house. Hanya saja untuk membuka usaha sendiri banyak yang mengalami kesulitan karena minimnya modal sebab untuk membuat satu episode 25 menit menghabiskan anggaran Rp80 juta.

Padahal film animasi di Indonesia yang berkarakter sesuai dengan kultur perlu digarap serius. ”Dulu ada film Unyil, tapi kemudian tergerus film animasi kepahlawanan Jepang. Tapi ternyata yang ditangkap anak adalah dari sisi kekerasannya. Maka itu perlu,film animasi berkarakter lokal diangkat,” jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya