SOLOPOS.COM - ilustrasi PKL (JIBI/dok)

Proyek Pasar Bangunharjo di Manahan dinilai kurang sesuai dengan kebutuhan pedagang.

Solopos.com, SOLO—Pembangunan Pasar Bangunharjo, Manahan, dinilai menjadi paradoks dalam meningkatkan kesejahteraan pedagang. Alih-alih memfasilitasi pedagang yang mayoritas berjualan di los, Pemkot justru melakukan “kiosisasi” yang kurang sesuai dengan kondisi sosiologis bakul. Tambahan biaya untuk meningkatkan los menjadi kios akhirnya menjadi konsekuensi pedagang agar dapat bertahan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pasamuan Pasar Tradisional Surakarta (Papatsuta), Wiharto, saat berbincang dengan solopos.com, Kamis (18/6/2015). Menurut Wiharto, desain pasar yang ideal mestinya mampu mengakomodasi perilaku pedagang di dalamnya. Desain pasar juga berkaitan erat dengan komoditas hingga karakteristik pembeli. “Perubahan fungsi lahan di Pasar Bangunharjo yang dulunya kebanyakan los menjadi kios harus disikapi kritis. Apakah hal ini benar-benar menjadi aspirasi pedagang?” ujarnya.

Sebelum direnovasi pedagang Bangunharjo menempati 37 los dan lima kios yang disediakan. Namun arsitektur yang baru akan menambah kios menjadi 38 unit sementara los hanya disisakan 13 unit. Wiharto mengatakan perubahan konsep yang cukup drastis ini mestinya sudah dikomunikasikan intensif pada pedagang. Sebab kebijakan itu berkaitan erat dengan keberlangsungan bakul ke depan. Beberapa pedagang los sebelumnya mengeluhkan tambahan biaya hingga belasan juta agar dapat menghuni kios pasar.

“Masalahnya pedagang seringkali hanya dilibatkan dalam tahap sosialisasi pembangunan. Sedangkan di tahapan teknis seperti perencanaan dan penyusunan detail engineering design, mereka sering terabaikan,” kata Wiharto.
Dia menilai tujuan Pemkot untuk meningkatkan pendapatan bakul pascarenovasi bisa tidak tercapai jika pedagang justru merasa dirugikan. Terlebih ketika nantinya jatah pedagang lama diserobot pedagang baru yang lebih bermodal. “Pemerintah seperti bersikap paradoks.”

Kepala Dinas Pengelolaan Pasar (DPP), Subagiyo, menyatakan perubahan konsep desain di Pasar Bangunharjo telah melalui analisis dan pemetaan. Menurut dia, penambahan kios hingga mencapai 38 unit justru memfasilitasi pedagang yang mayoritas berjualan kelontong.

“Karakter pedagang di sana lebih banyak berjualan kelontong. Tentu lebih pas apabila ditata di kios,” ujarnya. Subagiyo menambahkan desain baru pasar sudah dikomunikasikan berulangkali pada pedagang. “Renovasi pasar jelas untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya