SOLOPOS.COM - Sejumlah pemuda mengambil foto dengan latar belakang pemandangan Waduk Gebyar dan Gunung Lawu. Foto diambil belum lama ini. (Mariyana Ricky P.D./JIBI/Solopos)

Proyek panas bumi di Karanganyar ditolak warga lereng Lawu.

Solopos.com, KARANGANYAR — Reaksi penolakan pemangku wilayah Gunung Lawu di Kabupaten Karanganyar terhadap proyek eksplorasi panas bumi (geothermal) semakin santer beberapa hari terakhir.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Informasi yang dihimpun Solopos.com, Jumat (24/2/2017), pihak-pihak yang tidak setuju dengan proyek pemerintah pusat tersebut memasang spanduk berisi pernyataan penolakan terhadap eksplorasi geothermal. (Baca: Warga Lereng Lawu Tolak Geothermal)

Sejumlah spanduk dipasang di wilayah lereng Gunung Lawu, seperti Cemoro Kandang, Cemoro Sewu, dan jembatan penyeberangan Jl. Lawu di dekat Terminal Angkutan Kecamatan Tawangmangu.

Pada Sabtu (25/2) malam juga akan digelar pertemuan merumuskan persoalan terkait proyek eksplorasi panas bumi Gunung Lawu, menampung aspirasi warga, dan merumuskan strategi pergerakan. (Baca: Menteri LH Sebut Ekplorasi Lawu Sesuai UU)

Pertemuan itu akan dihelat di GOR Mini Nyi Ageng Karang, Karanganyar kota mulai pukul 19.30 WIB. “Ini agenda pertemuan kali pertama rekan-rekan,” ujar Ketua KNP Karanganyar, Aan Shopuanudin.

Dia menjelaskan pertemuan tersebut sekaligus untuk mematangkan rencana sarasehan membahas proyek permasalahan yang sama yang akan dihelat di Gedung DPRD Karanganyar, 11 Maret 2017.

Aan mengaku mendapat masukan dari warga lereng Gunung Lawu ihwal ketidaksetujuannya terhadap proyek itu. Mereka tidak ingin keaslian alam Gunung Lawu rusak akibat proyek geothermal.

“Mirisnya, ternyata masih banyak warga di lereng Gunung Lawu yang belum mengetahui ihwal adanya proyek geothermal. Ini tidak benar. Padahal tahap eksplorasi sudah berjalan,” tutur dia.

Sikap yang sama disampaikan legislator PKS asal Ngargoyoso, Darwanto. Dia juga mengaku mendapat banyak masukan dari warga ihwal ketidaksetujuan mereka terhadap proyek geothermal.

Dia menjelaskan sikap penolakan terhadap eksplorasi energi panas bumi Gunung Lawu juga sudah menjadi sikap bersama Fraksi PKS DPRD Karanganyar. “Kami menolak eksplorasi ini,” terang dia.

Darwanto menjelaskan masyarakat lereng Gunung Lawu khawatir proyek geothermal merusak alam, dan mengurangi sumber air warga. Pasalnya Gunung Lawu adalah gentong air masyarakat.

Tak ketinggalan, tokoh masyarakat Tawangmangu, Karwadi, mempertanyakan alasan dieksplorasinya panas bumi Gunung Lawu. Padahal selama ini warga belum pernah diajak sosialisasi.

Bupati

Politikus Partai Demokrat tersebut mengaku sudah menyampaikan aspirasi tersebut kepada Bupati Karanganyar, Juliyatmono. “Saya sudah sampaikan ini secara langsung ke Bupati,” kata dia.

Diberitakan Solopos sebelumnya, pengerjaan proyek eksplorasi tenaga panas bumi di Gunung Lawu dimulai tahun 2017. Lelang proyek tersebut dimenangkan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE).

Direktur Panas Bumi Ditjen ESDM Kementerian ESDM, Yunus Saiful Haq, menjelaskan perwakilan lima kabupaten pemangku wilayah Gunung Lawu terlibat dalam proses lelang pengelolaan wilayah kerja panas bumi (WKP) Gunung Lawu sebesar 165 megawatt (MW).

Yunus menjelaskan produksi pertama tenaga listrik panas bumi ditargetkan mulai 2023. Jumlah yang diproduksi saat itu 110 megawatt. Tapi pemenang lelang akan memulai pekerjaan awal 2017.

Pekerjaan dimaksud baru sebatas survei-survei tentang kondisi geologi, geofisika, dan geokimia. Selain itu akan dilakukan pengambilan sampel uap, air panas, dan bebatuannya. Proses tersebut diprediksi butuh waktu setahun. Proses setelah itu yakni penetapan wilayah pengerjaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya