SOLOPOS.COM - Ilustrasi (satunegeri.com)

Proyek panas bumi Karanganyar terus dimatangkan.

Solopos.com, KARANGANYAR–Rencana eksplorasi dan pemanfaatan energi panas bumi (geotermal) Gunung Lawu dipastikan terus berlanjut kendati mendapat penolakan dari Bupati Karanganyar, Juliyatmono.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Survei pendahuluan sudah dilakukan di beberapa titik di lereng Gunung Lawu untuk mendeteksi potensi panas bumi. Survei pendahuluan tersebut belum sampai melakukan pengeboran tanah.

Dari hasil survei awal, potensi panas bumi Gunung Lawu diperkirakan mencapai 165 mega watt. Informasi terungkap saat sarasehan rencana pemanfaatan panas bumi Gunung Lawudi Rumdin Bupati Karanganyar di Jl. Lawu, Jumat (27/11/2015).

Tampil sebagai pembicara dalam acara tersebut, Direktur Panas Bumi Ditjen ESDM Kementerian ESDM, Yunus Saiful Haq. Menurut dia tahap pra kualifikasi proyek berhasil menjaring tiga dari lima calon kontraktor yang menyatakan siap mengerjakan proyek tersebut.

Ketiga calon kontraktor tersisa yaitu PT Pertamina Geotermal, PT Ormad dari Amerika Serikat, dan PT Star Energy yang bergerak di bidang penyediaan energi.

“Dua calon kontraktor lainnya sudah gugur karena kalah bonafid dari ketiga calon kontraktor ini,” kata Yunus.

Rencananya, ketiga calon kontraktor mengajukan dokumen penawaran proyek pada 10 Desember 2015. Sedangkan pemenang lelang ditentukan pada 30 Desember 2015. Sedangkan izin penggunaan bangunan (IPB) dari Kementerian ESDM keluar Januari 2016.

Dia menjelaskan kekuatan finansial, dan kemampuan teknis calon investor menjadi parameter utama penilaian dalam proses lelang eksplorasi panas bumi di Gunung Lawu. Sebab untuk membuat satu lubang bor panas bumi dibutuhkan anggaran sampai Rp125 miliar.

Padahal ada beberapa lubang bor yang akan dibuat untuk mendapatkan energi listrik sebesar 165 mega watt. Area yang akan menjadi objek eksplorasi potensi panas bumi di lereng Gunung Lawu sekitar 2.000 meter persegi. Jumlah lubang bor menunggu hasil eksplorasi.

“Jadi proyek ini tidak menggunakan anggaran pemerintah. Anggarannya terlalu besar, pemerintah tidak mampu. Para calon kontraktor akan diseleksi benar kemampuan finansialnya. Pemenang lelang harus benar-benar bonafid kemampuan finansialnya,” urai dia.

Yunus menjelaskan pengeboran untuk mendapatkan panas bumi tidak akan mengganggu ketersediaan air tanah di lereng Gunung Lawu. Sebab untuk mendapatkan energi panas bumi, pengeboran tanah harus mencapai kedalaman 2.000 hingga 2.500 meter.

Sedangkan pemanfaatan air tanah hanya membutuhkan kedalaman sekitar 200 meter. Penjelasan senada disampaikan Agus Setiawan, dosen geotermal Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, yang menjadi tim akademik proyek panas bumi Gunung Lawu.

Asal proses eksplorasi dan pemanfaatan energi panas bumi memenuhi standar, tak akan mengancam potensi alam di sekitarnya. Dia menjelaskan potensi panas bumi di Indonesia sangat melimpah. Bahkan 40 persen energi panas bumi dunia ada di Tanah Air.

“Dari 29.000 mega watt potensi energi panas bumi di Indonesia, saat ini baru dimanfaatkan sekitar 1.400 mega watt. Khusus untuk Gunung Lawu, potensi panas bumi yang bisa diambil sampai 165 mega watt. Ini adalah potensi besar yang mesti digarap,” kata dia.

Agus menerangkan untuk menjaga potensi panas bumi dibutuhkan resapan air yang tinggi. Sehingga dipastikan kontraktor proyek akan sangat menjaga hijaunya hutan di Gunung Lawu.

“Pemanfaatan panas bumi membutuhkan lingkungan yang hijau,” terang dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya