SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/Solopos/Antara)

Proyek listrik 35.000 megawatt direncanakan untuk mengatasi backlog kebutuhan listrik. Namun, target konsumsi jauh di bawah target.

Solopos.com, JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) memastikan target konsumsi listrik sebesar 7% pertahun tidak akan tercapai. Setelah melihat realisasi konsumsi hingga Agustus 2015, perseroan memprediksi hingga akhir tahun konsumsi listrik hanya akan mencapai angka 3%, jauh di bawah target.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut Kepala Divisi Niaga PLN Benny Marbun angka 3% sudah merupakan angka yang bagus melihat dari pertumbuhan pada semester I yang tidak mencapai 2%. Benny menjelaskan memasukki semester II, pertumbuhan konsumsi listrik mulai mengalami perbaikkan. Baca: PLN Bisa Bangkrut karena Proyek 35.000 MW.

“Pertumbuhan listrik [Agustus] naik dibanding bulan sebelumnya. Jadi kira-kira hingga akhir tahun sekitar 3%,” katanya di Jakarta, Jumat (18/9/2015). Berdasarkan data, pertumbuhan selama Agustus 2015 meningkat tajam sebesar 4,06% dibanding Juli yang hanya 0,36%. Meskipun demikian pertumbuhan dari Januari hingga Agustus hanya mencapai 1,89%.

Ekspedisi Mudik 2024

Menurutnya, faktor pendorong kenaikkan tersebut adalah meningkatnya kegiatan belanja daerah. Banyaknya proyek-proyek infrastruktur di daerah menyebabkan konsumsi listrik ikut terdorong. Hingga akhir, tahun pihaknya akan berupaya memancing industri untuk tumbuh.

Benny mencontohkan jika pelaku usaha kesulitan untuk menambah daya pihaknya akan proaktif mencari solusi. “Misal mungkin untuk bayar biaya penyambungan tidak ada atau bisa diangsur, pokoknya mereka serap listrik,” tuturnya.

Pada kuartal I 2015, PT PLN mencatat penjualan listrik secara nasional mencapai 98,27 terawatt-hours (TWh). Penjualan sejak Januari-Juni 2015 tersebut hanya tumbuh sebesar 1,78% jika dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun lalu sebesar 96,56 TWh.

Menurut Benny rendahnya pertumbuhan konsumsi listrik diakibatkan turunnya penyerapan industri baja. Sementara itu, konsumsi listrik untuk industri lainnya masih relatif stabil bergerak seperti industri semen, industri petrokimia, industri tekstil besar dan industri makanan. Untuk industri kertas disebut Benny penyerapannya sedikit melemah.

Sebelumnya, dalam rapat koordinasi membahas proyek pembangkit listrik, Senin (7/9/2015), Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman Rizal Ramli menilai proyek pembangkit listrik 35.000 Megawatt tidak realistis. Kalau dipaksakan, maka akan membahayakan keuangan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Berdasarkan kajian, menurut dia, jika program pembangkit listrik 35.000 Mw dipaksakan, ditambah 7.000 Mw yang tengah berlangsung, maka ketersediaan kapasitas pembangkit listrik akan sebesar 95.586 Mw sampai 2019. Padahal kebutuhan riil listrik saat beban puncak pada 2019 diperkirakan hanya 74.525 Mw. Maka itu, akan ada kapasitas yang idle sebesar 21.331 Mw.

Tarif Listrik Industri Turun?

Untuk mendorong pertumbuhan industri, Benny akan mengusulkan diturunkannya tariff listrik untuk industri. “Karena lemahnya industri juga akan mengakibatkan turunnya pelanggan PLN,” katanya. Dirinya tengah mempersiapkan skema tariff listrik agar tidak menyulitkan pelanggan industri yang masih lemah.

Sementara itu, Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan akan mengusulkan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk menurunkan tarif listrik untuk industri. Hal ini untuk mengoptimalkan daya serap listrik dari pelaku industri. “Tapi tidak dalam waktu dekat, itu masih menunggu selesainya pembangkit milik PLN,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya