SOLOPOS.COM - Para pemakai jalan melewati proyek pembangunan fly over Palur, Jumat (6/6/2014). Rembug warga terdampak fly over dengan panitia pembebeasan tanah (P2T) yang digelar di Balai Desa Palur, Mojolaban, Kamis (5/6/2014) malam mengalami deadlock karena belum ada kesepakatan harga ganti rugi tanah. (JIBI/Solopos/Ivan Andimuhtarom)

Solopos.com, SUKOHARJO–Rembuk warga dengan panitia pembebasan tanah (P2T) proyek flyover Palur di Balai Desa Palur, Kecamatan Mojolaban, Kamis (5/6/2014) malam mengalami deadlock. Pasalnya, warga Palur terdampak flyover belum menyepakati harga ganti rugi pembebasan tanah yang ditawarkan oleh P2T.

Kades Palur, Samidin, saat ditemui Espos di kantornya, Jumat (6/6/2014), mengatakan pihaknya berperan sebagai fasilitator dalam musyawarah Kamis malam. Menurut dia, warga menginginkan harga ganti rugi tanah yang lebih tinggi dibandingkan penawaran P2T.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Sebenarnya harga permintaan warga juga sudah diturunkan menjadi Rp10 juta per meter persegi. Awalnya, dulu warga minta Rp15 juta. Kemudian turun menjadi Rp12,5 juta. Terakhir, pada Kamis malam mereka ingin Rp10 juta,” paparnya.

Namun, P2T mengajukan penawaran tak jauh berbeda dengan penawaran sebelumnya. Menurut Samidin, tanah yang berada di sebelah barat rel kereta api (KA) dihargai Rp7 juta. Sementara yang berada di timur rel ditawar dengan harga Rp6,1 juta per meter persegi.

“Dulu, P2T menawarkan harga yang sama, yaitu Rp6,1 juta baik di timur atau barat rel KA,” kata dia.

Menurutnya, sekitar 70-an warga terdampak flyover Palur hadir dalam musyawarah di balai desa tersebut. Ia berharap pada pertemuan lanjutan terjadi kesepakatan antara warga dengan P2T.

“Kelanjutannya, secara internal Paguyuban Warga Terdampak Flyover akan rapat internal. Begitu juga dengan P2T. Kami harap kelak kesepakatan bisa diterima kedua belah pihak,” papar dia.

Ketua Paguyuban Warga Terdampak Flyover Palur, Andi Tri Handoyo, ketika dihubungi Espos, Jumat, mengatakan warga diminta memikirkan hasil musyawarah Kamis malam. Menurut dia, P2T masih kurang tinggi memberikan harga penawaran.
“Itu harga lama masih ditawarkan [Rp6,1 juta per meter persegi],” kata dia.

Menurutnya, warga di pinggir jalan yang terdampak proyek flyover sudah kebingungan dengan kondisi flyover saat ini. Beberapa toko, kata dia, bahkan sudah ditutup sejak beberapa waktu lalu.

“Ada juga yang pendapatannya jadi nol. Sementara pembahasan memang deadlock. Setidaknya, P2T bisa menyikapi hal itu dengan baik,” ujar dia.

Sementara P2T proyek flyover Palur, Sudarsono, menyatakan masih akan membicarakan hal itu dengan pihak-pihak terkait. “Untuk sementara, kami akan membicarakan hal itu dulu,” kata dia melalui sambungan telepon, Jumat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya