SOLOPOS.COM - Pengendara melintas di Jl. Dr. Sutomo, Kalitan, Solo, Jumat (12/8/2016). (Nicolous Irawan/JIBI/Solopos)

Pemkot Solo diminta tak gegabah menerima proyek Flyover Manahan karena diprediksi membuat macet luar biasa.

Solopos.com, SOLO — Pembangunan jembatan layang (flyover) Manahan diproyeksikan berdampak besar pada lalu lintas di sekitar Kota Barat dan Manahan. Dibutuhkan perencanaan rekayasa lalu lintas matang sebagai solusi untuk meminimalkan efek negatif pembangunan proyek yang dipastikan mulai April mendatang.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Hal itu disampaikan pengamat transportasi dari UNS Solo, Dr. Eng Syafi, menanggapi rencana pembangunan jembatan layang yang digelontor anggaran Rp52 miliar dari Kementerian Perhubungan. Proses lelang flyover berbentuk huruf Y dari selatan (Jl. dr. Moewardi) dan bercabang ke Jl. Adisucipto dan Jl. M.T. Haryono ini bakal dijadwalkan paling lambat Maret nanti.

“Setiap proyek pembangunan flyover sudah pasti memiliki dampak negatif, baik itu tata guna lahan, pelaku usaha, maupun jalan sekitar tumpuan naik atau turunnya jembatan. Tapi perlu dilihat juga, persimpangan sebidang di Manahan setiap jam pulang kerja macetnya luar biasa,” terangnya saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (4/2/2017).

Syafi’i mengatakan peningkatan kepadatan lalu lintas sekitar perlintasan sebidang di Manahan, tidak bisa dipungkiri merupakan implikasi penerapan sistem satu arah (SSA) Jl. Slamet Riyadi ruas Gendengan sampai Purwosari berlaku searah dari barat ke timur.

“SSA Jl. Slamet Riyadi itu buangan kendaraannya mayoritas ke utara. Semestinya memang penerapan kebijakan lalu lintas di jalan utama seperti itu tidak bisa parsial. Harusnya diikuti kebijakan lain sampai kawasan Kota Barat-Manahan,” jelasnya.

Menurut Syafi’i, Pemkot Solo diminta tidak gegabah menyetujui pembangunan flyover yang sudah dianggarkan tersebut. Jika memang akan melanjutkan rencana tersebut, dia menyarankan ada rekayasa lalu lintas lanjutan yang bijak sebagai solusi bagi wilayah maupun pihak terdampak.

“Parkir sampai arus lalu lintas di sekitar ram naik dan turunnya jembatan harus benar-benar diperhatikan agar ke depan tidak jadi jalur mati. Jangan sampai flyover yang dibangun dengan tujuan menyelesaikan persoalan di satu titik menjadi masalah bagi tempat lain,” sarannya.

Ditemui terpisah sebelumnya, Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan Solo, Sri Baskoro, mengatakan pembangunan flyover Manahan diproyeksikan bisa menjadi solusi untuk memperlancar arus lalu lintas di Jl. Adisucipto Manahan, Jl. M.T. Haryono, dan Jl. Dr. Moewardi. Menurut Baskoro, jembatan layang merupakan pemecahan persoalan untuk mengatasi penyebab kemacetan lalu lintas di perlintasan sebidang Kota Bengawan.

“Solo ini sudah tidak memungkinkan lagi membangun jalan. Sedangkan pertumbuhan kendaraan sejak dua tahun lalu cukup dahsyat, lebih dari 30.000 kendaraan per tahun. Kalau hanya rekayasa lalu lintas saja tidak cukup mengatasi persoalan kemacetan lalu lintas. Butuh dukungan infastruktur,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya