SOLOPOS.COM - Proyek Bribin di Gunungkidul diharapkan akan tertata lebih baik (DOK)

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Meski waktu kerja sama pengelolaan proyek Bribin II dengan Jerman telah habis, tetapi negara
tesebut tetap membantu petugas melakukan pengawasan dan perawatan secara rutin.

Petugas Proyek Bribin, Oki Setyawan menuturkan untuk memantau fungsi pompa, diperlukan pengecekan secara rutin.Saat ini, lanjut dia, Bribin memiliki empat pompa air dengan tenaga hidrolik. Namun, tidak semua pompa difungsikan karena satu pompa dijadikan sebagai cadangan, bila salah satu pompa mengalami masalah. Adapun saat ini, genset penarik lift yang dipakai untuk membawa teknisi ke bawah tanah tengah rusak.

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

“Kami sebenarnya bisa mengecek melalui tangga darurat. Tetapi, Jerman [sebagai pengelola utama] melarang hal itu, karena bagi mereka keselamatan pekerja adalah hal utama. Jadi, saat ada kerusakan seperti ini, pengecekan dilakukan melalui manometer digital di atas,” katanya lagi.

Ekspedisi Mudik 2024

Pekerja lainnya, AB Wahyu Anggoro mengatakan standardisasi debit air antara musim kemarau dan penghujan berbeda. Sebab, saat
musim kemarau, debit air yang dipersyaratkan lebih tinggi ketimbang saat musim hujan.

AB menjelaskan sejak beroperasi lima tahun lalu, instalasi di Bribin beberapa kali mengalami masalah. Namun, lanjut dia, kerusakan yang terjadi tidak berdampak fatal, karena hanya menimpa suku cadang pendukung, sementara empat pompa hingga saat ini belum pernah diganti.

Meski sejak tiga tahun lalu proyek itu berada di bawah kendali Pemerintah DIY, pengelola dari Jerman tetap rutin mengawasi.

“Kebetulan teknisi asal Jerman sekarang sedang pulang,” kata Vendi Setiadi, seorang pekerja Bribin lainnya.

Menurut dia, saat ada kerusakan atau sedang melakukan riset untuk pengembangan program baru, pengembang dari Jerman sering
datang ke Bribin. Waktunya, sambung dia, juga tidak mententu, terkadang mereka tinggal selama satu hingga dua pekan, tapi tidak jarang mereka menetap selama tiga bulan lamanya.

Vendi menjelaskan pekerja di Bribin ada 12 orang, yang terbagi dalam dua kelompok dan terbagi dalam dua shift. Masing-masing kelompok terdiri dari enam orang dengan sistem kerja 48 jam.

Belum otimalnya sumber air bawah tanah di Bribin juga berdampak terhadap wilayah yang mengalami kekeringan di Gunungkidul.
Kepala Dinas Sosial,Tenaga Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Gunungkidul, Dwiwarna Widinugroho mengatakan warga yang mengalami kekeringan di Gunungkidul mencapai 100.000 jiwa.

Pihaknya berusaha mendistribusikan air ke kecamatan yang belum dan sudah memiliki tangki air. Namun diakuinya langkah ini belum dapat menjangkau seluruh wilayah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya