SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL-Proyek kerja sama pemerintah dengan Jerman untuk pengembangan Proyek Bendungan dan Mikohidro Sungai Bawah Tanah Bribin II di Gunungkidul kini di bawah kendali Pemerintah DIY. Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menyediakan dana untuk pengembangan proyek tersebut.

Kepala Satuan Kerja Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air DIY Kementerian Pekerjaan Umum Dibyo Saputro mengakui proyek Bribin masih memiliki keterbatasan. Hal itu membuat PDAM tak bisa melayani kebutuhan air masyarakat secara maksimal.

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

“Permasalahan utamanya adalah mechanical electrical untuk bisa mengangkat air dari sungai bawah tanah sampai ke sistemnya yang memerlukan perpompaan,” ungkap Dibyo saat ditemui Harianjogja.com di kantornya, Jumat (19/8/2014).

Menurut dia, proyek Bribin I dan Bribin II seharusnya mampu mengangkut 100 liter per detik. Di Dadapayu (Bribin I) 60 liter per detik dan Sindon (Bribin II) 40 liter per detik. Kenyataannya, lanjut Dibyo, Bribin I hanya bisa mengangkut air 40 liter per detik dan di titik pengambilan kedua hanya 30 liter per detik.

Guna meningkatkan kapasitas air itu, Kementerian PU telah menyiapkan dana sebesar Rp2,4 miliar. Dana itu tak hanya untuk perpompaan, melainkan juga untuk penambahan aksesori perpipaan PDAM. Guyuran dana miliaran rupiah itu diharapkan bisa memperluas cakupan air dari proyek Bribin ke 8.000 rumah tangga. Kementerian pada akhir tahun ini juga berencana mengembangkan pelayanan dari Bribin sampai Kecamatan Rongkop. Proyek diproyeksikan selesai akhir 2014.

Sementara, sejak dua pekan lalu, pengecekan ke bendungan bawah tanah sedalam 100 meter di Proyek Bribin diberhentikan untuk sementara waktu. Sebab, genset penarik lift yang dipakai untuk membawa teknisi ke bawah tanah mengalami kerusakan.

“Kami sudah berusaha memperbaiki genset itu. Tak hanya sekali, malahan kami sudah mendatangkan dua teknisi yang berbeda,

namun hingga saat ini alat tersebut belum berfungsi dengan normal,” kata seorang petugas, Oki Setyawan saat ditemui Harianjogja.com di mes pegawai, Kamis (18/9/2014).

Bendungan di bawah tanah harus diperiksa agar temperatur air dan debit air diketahui. Meski lift mengalami kerusakan dan petugas tak bisa turun, hal itu sebenarnya tak menjadi persoalan Sebab, kata Oki, di atas sudah ada alat pengukur temperatur kondisi dan situasi di bawah.

“Sekarang kami hanya memantau melalui alat yang terpasang di atas. Apabila dalam kondisi normal, kami harus tetap turun untuk mengecek,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya