SOLOPOS.COM - Sejumlah warga melengkapi berkas kepemilikan lahan dan melakukan kroscek terhadap hasil pendataan lahan calon lokasi bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) oleh Satgas B di Balai Desa Glagah, Kecamatan Temon, Kulonprogo, Jumat (8/1/2016). (Rima Sekarani/Harian Jogja)

Hasil validasi ini akan menjadi dasar dalam mengalokasikan lahan yang akan ditempati warga terdampak.

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pemkab Kulonprogo melakukan sosialisasi terkait skema relokasi bagi warga terdampak Bandara Temon di Balai Desa Glagah, pada Kamis(27/10/2016). Pertemuan ini sekaligus validasi data jumlah warga yang masih ingin mengajukan relokasi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Banyak warga yang beralih minta ganti rugi, jadi ini divalidasi lagi supaya memudahkan,”jelas Kabag Pemerintahan Setda Kulonprogo, Heriyanto, Kamis(27/10/2016). Menurutnya, hasil validasi ini akan menjadi dasar dalam mengalokasikan lahan yang akan ditempati warga terdampak. Warga diberikan pilihan untuk membangun rumah mulai dari tipe 35 hingga 100 sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-masing.

Selain itu, sosialisasi juga mempertemukan warga terdampak dengan calon konsultan pendamping proses relokasi. Proses pembangunan relokasi sedianya akan didampingi oleh petugas dari Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis Komunitas (Rekompak).

Pemkab sendiri tetap memprioritaskan KK pokok terlebih dahulu. Namun, apabila luas lahan masih memungkinkan maka bisa memfasilitasi Kepala Keluarga (KK) indung yang ingin dan mampu membeli lahan dan rumah relokasi tersebut. KK indung sendiri merupakan KK yang sebelumnya menumpang di KK pokok sebelum relokasi.

Warga yang hadiri diminta mengisi blanko pernyataan keinginan relokasi yang akan menjadi dokumentasi. Heriyanto mengatakan bahwa hal ini dilakukan sebagai antisipasi keluhan yang mungkin muncul di masa mendatang. Blanko yang terkumpul nantinya akan diklarifikasi dengan data 518 KK yang ada sebelumnya. Adapun, kegiatan serupa juga akan dilakukan di empat desa terdampak lainnya dalam beberapa hari mendatang.

Lahan relokasi di Desa Glagah sendiri telah disiapkan seluas 5,8 hektar yang mencakup fasilitas umum (fasum) dan fasilitas khusus (fasus). Sesuai yang ditetapkan sebelumnya, setiap warga diberikan kapling seluas 200 meter dengan harga Rp860.000 per meter. Lahan relokasi sendiri merupakan tanah kas desa yang harga jualnya sudah dinilai oleh tim appraisal.

Tercatat, sekitar 150 KK diundang dalam pertemuan di Balai Desa Glagah kemarin. Jumlah ini sesuai dengan daftar warga yang rumahnya terkena dampak langsung pembangunan bandara. Dari luas lahan yang ada, diperkirakan ada 147 kapling. Karena itu, validasi data ini sekaligus dasar pertimbangan untuk penambahan luas lahan relokasi yang dibutuhkan.

Sarino, warga Dusun Kepek, Glagah mengatakan sosialisasi ini menjawab seluruh kekhawatirannya sebelumnya. Uang ganti rugi atas aset dan lahannya sendiri menurutnya cukup untuk mendapatkan rumah di lahan relokasi tersebut. “Puas dengan sosialisasi ini, apalagi tadi Pemkab bilang siap subsidi untuk pengurukan dan jalan,”ujarnya.

Ia sendiri enggan keluar dari desa asalnya karena dirasa repot jika harus berhanti domisili dan dokumen kependudukan lainya. Selain itu, sebagai warga yang mendukung keberadaan bandara sejak awal, Sarino juga ingin merasakan dampak perekonomian dari keberadaan bandara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya