SOLOPOS.COM - Pengrajin membersihkan tempat produksi tahu di Kampung Teguhan, Sragen Wetan, Sragen, Rabu (26/5/2021). (Solopos.com/Moh Khodiq Duhri)

Solopos.com, SRAGEN — Puluhan perajin tahu di Kampung Teguhan, Kelurahan Sragen Wetan, Sragen, memilih menghentikan usaha mereka untuk sementara waktu sebagai bentuk protes atas makin tingginya harga kedelai di pasaran.

Pantauan Solopos.com di lokasi, terdapat puluhan tempat produksi tahu yang tidak berproduksi sejak Selasa (25/5/2021). Aksi mogok produksi itu masih berlanjut hingga Rabu (26/5/2021) pagi. Hanya ada beberapa pengrajin menata tahu sisa produksi hari sebelumnya. Dari total 56 pengrajin tahu, sebagian besar terpaksa mogok produksi untuk sementara waktu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Kami sudah tidak punya cara lagi untuk menyiasati mahalnya harga kedelai yang kini sudah hampir Rp11.000/kg. Biasanya kenaikan harga kedelai kami siasati dengan mengurangi ukuran tahu. Sekarang, ukuran tahu sudah sangat kecil, masa mau dikurangi lagi? Di sisi lain, kami tidak bisa menaikkan harga tahu karena pasti diprotes pedagang,” ujar Suwarno, 45, warga Teguhan RT 09/RW 03 saat ditemui wartawan di lokasi.

Baca juga: Pemprov Jateng dan Pemkab Sragen Cari Solusi Atasi Kenaikan Harga Kedelai

Harga Kedelai

Harga kedelai pada awal 2021 lalu masih di kisaran Rp7.000/kg. Dalam lima bulan terakhir, harga kedelai terus merangkak naik hingga mendekati Rp11.000/kg pada saat ini.

Dalam sehari, rata-rata pengrajin membutuhkan satu kuintal kedelai. Dengan harga kedelai saat ini, minimal mereka harus menyiapkan uang Rp1,1 juta untuk membeli 1 kuintal kedelai itu. Jumlah itu belum termasuk biaya pembelian minyak goreng hingga ongkos pegawai.

“Kalau dirata-rata, ongkos produksi untuk satu kuintal kedelai itu mencapai Rp1,5 juta/hari. Dalam sehari, lebih dari 50 kuintal kedelai diolah lebih dari 50 pengrajin di sentra industri tahu Teguhan ini. Satu pengrajin rata-rata memiliki 3-4 karyawan. Jadi, sudah pasti ratusan karyawan yang mengaggur karena tak bisa bekerja,” ujar pengrajin lain, Joko Subeno, 55.

Baca juga: Kisah 1 Keluarga Dapat Wangsit Jadi Penjaga Desa Tenggelam di Demak

Para pengrajin tahu Teguhan Sragen belum tahu sampai kapan mogok produksi itu akan berlangsung. Mereka berharap pihak terkait bisa memperhatikan nasib pengrajin yang dibuat pusing karena harga kedelai yang terus meroket. Mereka berharap pemerintah turun tangan untuk mengatasi masalah kenaikan harga kedelai.

“Tolong perhatikan nasib pengrajin tahu seperti kami. Kami ini cari makan dari usaha tahu. Kalau usaha tahu mandek, bagaimana kami bisa memberi makan keluarga? Bagaimanalah caranya bisa menekan harga kedelai itu, syukur ada subsidi dari pemerintah supaya kedelai bisa terbeli,” ujar Suwarno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya