SOLOPOS.COM - Seorang perempuan menunggu konsumen di depan warung kopi di Pasar Janti, Desa Ngrupit, Kecamatan Babadan, Ponorogo, Rabu (9/11/2016) siang. (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Prostitusi Ponorogo, Pasar Janti menjadi salah satu tempat prostitusi terselubung di Ponorogo.

Madiunpos.com, PONOROGO — Prostitusi masih subur di Ponorogo meski lokalisasi terbesar di Desa Kedung Banteng, Kecamatan Sukoharjo, telah ditutup oleh Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa pada April 2016 lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bisnis esek-esek itu masih ada di kabupaten berjuluk Kota Reog itu. Salah satunya bisa ditemui di Pasar Janti, Desa Ngrupit, Kecamatan Babadan.

Di lokasi itu, ada puluhan warung yang menyediakan perempuan-perempuan pekerja seks komersial (PSK). Bisnis esek-esek di tempat itu hanya buka pada pagi hingga sore hari.

Penelusuran Madiunpos.com di lokasi, Rabu (9/11/2016) siang, bisnis esek-esek itu beroperasi di bagian dalam pasar. Kios di bagian depan pasar digunakan untuk berjualan barang-barang kebutuhan pokok, tempat jahit, dan warung makan.

Dilihat dari depan, tidak ada tanda-tanda tempat itu menjadi ajang prostitusi. Namun, setelah masuk ke bagian dalam pasar, ada sejumlah wanita berpakaian lengan pendek dan rok di atas lutut yang duduk di kursi depan warung.

Sederet kios di dalam Pasar Janti diubah menjadi warung kopi. Setiap pengunjung tempat itu ditawari masuk ke warung kopi. Beberapa pria juga terlihat berjalan memilih tempat warung kopi dan setelah cocok mereka masuk ke warung yang dipilih.

Di warung kopi yang dikunjungi Madiunpos.com, ada empat wanita dengan tangan dan leher dipenuhi perhiasan yang duduk berjejer di kursi dalam warung. Di warung berukuran 3 meter x 4 meter itu, botol minuman bersoda dan air mineral tertata rapi di atas meja.

Lukisan wanita telanjang berukuran 500 cm x 200 cm terpajang di dinding warung. Salah seorang wanita di warung itu yang mengaku bernama Sri mengatakan aktivitas di Pasar Janti hanya hidup saat pagi hingga sore hari.

Sedangkan pada malam hari, tidak ada aktivitas di lokasi itu. Sri menuturkan sudah beberapa tahun bekerja di Pasar Janti.

Dalam satu hari ada tujuh hingga belasan pria yang berkunjung ke warung kopinya. Tidak hanya memesan kopi, biasanya pria tersebut juga meminta dilayani.

Tarif satu kali kencan Rp75.000 hingga Rp100.000. Selain digunakan sebagai tempat transaksi, warung kopi itu juga menjadi tempat kencan. Ada beberapa kamar tidur yang disediakan khusus bagi pelanggan.

“Kami hanya buka saat pagi hingga sore hari. Saat malam hari, kami tutup dan digunakan untuk istirahat,” ujar perempuan paruh baya itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya