SOLOPOS.COM - Pemilik usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) jamu Suti Sehati, Sutiyem, 49, menata produk jamu buatannya di Pengkol RT 001/RW 002, Nguter, Sukoharjo. (Dok Solopos)

Pemilik usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) jamu Suti Sehati, Sutiyem, 49, menata produk jamu buatannya di Pengkol RT 001/RW 002, Nguter, Sukoharjo. (JIBI/SOLOPOS/Dian Dewi Purnamasari)

Pemilik usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) jamu Suti Sehati, Sutiyem, 49, menata produk jamu buatannya di Pengkol RT 001/RW 002, Nguter, Sukoharjo. (JIBI/SOLOPOS/Dian Dewi Purnamasari)

SUKOHARJO — Kecamatan Nguter, Sukoharjo, selama ini dikenal sebagai salah satu sentra produksi jamu di Indonesia. Kendati demikian, banyak di antara pengrajin jamu lokal ini masih terganjal kendala klasik kesulitan modal.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Pengrajin jamu Suti Sehati, Sutiyem, 49, mengatakan usaha miliknya mulai berkembang sejak 2006. Ia memproduksi aneka macam jamu seperti wedang lungkrah, sirsak manggis (sirma) dan teh herbal. Jamu ini dipasarkan ke berbagai daerah seperti Surabaya, Bandung, Bangka, Indramayu, Jogja dan lain-lain. Jamu yang ia produksi ini adalah jamu semi kemasan. Peralatan yang ia gunakan pun masih sangat tradisional dengan tenaga manual. “Kami banyak memproduksi teh celup. Produksinya rata-rata 100 bal/hari,” ujarnya saat ditemui Solopos.com di rumahnya Desa Pengkol RT 001/RW 002, Nguter.

Ekspedisi Mudik 2024

Saat disinggung mengenai kendala perkembangan usahanya, Sutiyem mengaku usahanya terhambat modal dan pemasaran. Bahan baku jamu seperti empon-empon saat ini masih cukup banyak ditemui di pasar. Selain itu, harganya juga cenderung stabil. Ia juga mengaku sudah membentuk kelompok usaha dengan beberapa pengusaha jamu lain di Nguter. Kendati demikian, bantuan atau stimulan dana dari dinas terkait belum pernah ia terima. Selama ini, ia lebih banyak berkembang dari dana swadaya.

“Saya sudah membentuk kelompok dengan pengusaha lain. Tetapi bantuan seperti dana atau peralatan belum ada,” jelasnya.

Karyawan yang saat ini bekerja di usaha kecil Suti Sehati ini ada enam orang. Mereka bertugas meramu, membungkus dan mengepak jamu. Selain memproduksi jamu, Sutiyem juga membuka terapi pengobatan herbal. Metode yang ia gunakan dengan sugesti dari hati ke hati. Biasanya dia akan mengecek kondisi peredaran darah pasien. Setelah itu, ia akan mengobrol banyak hal dengan pasien. Pasien kemudian disarankan mengonsumsi beberapa jenis jamu yang sesuai dengan keluhannya.
Harga jamu yang diproduksi Suti Sehati ini cukup terjangkau. Jamu kemasan dipatok Rp7.000-Rp20.000/bungkus.

Perkembangan omzet penjualan produk ini pun cukup pesat karena didukung oleh pemasaran online melalui website. Kendati demikian, pemasaran langsung masih mendominasi penjualan jamu tersebut. “Salah satu produk kami dibuat dari sari sirsak dan kulit manggis. Khasiatnya bisa menurunkan kolesterol, mengobati kanker, asma, radang tenggorokan dan lain-lain,” jelasnya.

Sutiyem berharap usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) jamu ini lebih diperhatikan oleh Pemkab Sukoharjo. Pasalnya, ia juga ingin berkembang menjadi pabrik yang besar. Jika sudah berkembang, UMKM jamu juga dapat memberikan sumbangan penghasilan asli daerah (PAD) kepada kabupaten. Ia juga berharap dapat meningkatkan kelayakan gaji para karyawannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya