SOLOPOS.COM - ilustrasi (foreclosureconnections.com)

ilustrasi (foreclosureconnections.com)

Tingginya harga tanah dan bahan bangunan di perkotaan, mendorong orang memilih membeli rumah siap pakai untuk tempat tinggal. Bila tiba-tiba merasa tidak cocok, apa yang harus dilakukan? 

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

Karena penawaran harga yang cukup miring serta efektif waktu pengerjaan, biasanya orang cenderung memilih membeli rumah yang sudah jadi, misalnya perumahan. Sayangnya, bangunan perumahan yang sudah dikonsep dan ditentukan developer menjadikan kita tidak bisa mengikuti kehendak hati.

Berbeda dengan kita mengikuti proses membangun rumah sendiri, mulai dari awal pembelian tanah, bahan bangunan sampai pembangunan yang disesuaikan dengan keinginan.

Menurut arsitek Yoshi Fajar Kresno Murti, sebelum membeli rumah di perumahan, sebaiknya kenali dulu lahan dan desain rumah yang disodorkan developer secara langsung, sehingga ada proses adaptasi. Yang perlu diperhatikan adalah ruang-ruangnya, sudah selaraskah dengan aktivitas kita sehari-hari?

Misalnya, sepulang kerja langsung menuju dapur, sebaiknya penempatan dapur perlu perhatian khusus. Sepulang bekerja kemudian tidur, kita perlu memikirkan tempat tidur berada di ruang mana. Mengenali masalah hidup dan prakteknya sehari-hari seperti ini akan mempermudah kita untuk lebih cepat menyesuaikan.

Perubahan ruang, kata Yoshi, sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Jika kita mengenal pembangunan dari awal pengerjaan, maka kita akan mengenal rumah itu lebih dekat dan tidak kaget saat menampatinya kelak.

“Kalau beli rumah di desa-desa padat adaptasinya lebih cepat teratasi, tapi kalau di perumahan lebih sulit karena model dan ruang dibatasi,” ujar lulusan Jurusan Arsitektur Atmajaya Yogyakarta ini pekan lalu.

Meluangkan waktu untuk mengikuti proses pembuatan rumah begitu penting. Namun, terkadang kita tidak memiliki kesempatan untuk melakukannya. Misalnya, pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, atau sedang di luar kota.

Bahkan, terkadang kita lebih tertarik untuk membeli rumah dari penghuni terdahulu di wilayah perumahan tanpa pengenalan lingkungan terlebih dahulu lantaran tergiur harganya murah. Mau tidak mau, karena merasa tidak sesuai dengan aktivitas sehari-hari, keinginan untuk merombak pun terbesit.

“Teman saya, beli rumah kemudian merasa tidak nyaman. Bagian luar dari perumahan tetap tidak boleh dirombak, hanya dalamnya saja yang direnovasi, dibangun sesuai aktivitas dan keinginannya,” jelas lelaki yang selama tigabelas tahun lebih bergelut dengan praktik dan wacana ruang-kampung-kota ini. 

Tak Lebih Mahal

Tak selamanya biaya perombakan lebih mahal dibanding membangun rumah dari nol. Memang, kita tidak menyiapkan konstruksi bangunan sejak awal, tapi setidaknya kita bisa membuat rumah itu lebih nyaman. Caranya, kenali dalam-dalam rumah tersebut, jangan pernah abaikan fungsi kenyamanan.

Misalnya, menambahkan kamar di belakang, padahal tak ada celah jendela, kemudian memasang AC. Akibatnya, ruangan jadi lembab, dipenuhi jamur, kesehatan pun terabaikan. Atau, karena banyak pencuri, dibangun pagar tinggi, sehingga kita tidak leluasa bersosialisasi dengan tetangga.

Rumah yang sudah jadi, lanjut Yoshi, memiliki kehidupan sendiri yang sebenarnya bisa jadi kekuatan jika kita membuka hati untuk melihatnya sebagai rumah kita seutuhnya. “Tidak bisa dikatakan ‘tidak bagus’ kemudian dirombak habis-habisan. Tunggu dulu, kenali dengan tinggal di situ minimal 1 tahun. Akan kelihatan adaptasi kita sampai mana, mana saja yang perlu dirombak,” katanya.

Usahakan, kita tetap berada di rumah itu selama perombakan ruang-ruang dilakukan. Dengan demikian, kita dapat mengenali seberapa jauh tentang cahaya matahari akan melewati mana, angin berhembus dari mana, dan yang terpenting adalah tetap bisa bersosialisasi dengan tetangga.

Jika kebingunan untuk menentukan ukuran dan desain, tidak ada salahnya mendatangi arsitek guna meminta saran. Jadikan arsitek sebagai partner, yang akan mengarahkan pembangunan.

“Harus pelan-pelan dan sesuai apa yang kita punya. Buat master plan, tahun ini rombak kamar mandi, tahun depan ruang tamu dan seterusnya, arsitek biasanya membantu memecahkan persoalan dengan detail,” ujar Yoshi.

Dengan misi yang jelas, maka target rumah yang diinginkan akan tercapai meski dalam waktu yang lama. “Lebih baik membuat konsep rumah cair. Seperti membuat space untuk aktivitas yang mengundang banyak orang, bisa di ruang tamu atau dapur, karena tempat ini akan menginspirasi, timbul percakapan dan banyak relasi, mamacu gagasan, membentuk ruang, menciptakan aktivitas yang lebih mengasyikkan,” katanya.

Meski tinggal di perumahan, dengan tampilan depan sama seperti yang lain, namun dengan perombakan semacam ini, pemilik rumah akan tinggal dengan nyaman sesuai dengan aktivitas dan kebiasaannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya