SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

Ilustrasi (JIBI/Bisnis Indonesia/dok)

SOLO — Seperti diramalkan bisnis properti akan terus moncer. Terbukti, awal tahun ini sejumlah pengembang telah menaikkan harga properti mereka. Sedangkan sebagian lain baru ancang-ancang. Kenaikan harga properti berkisar 5%-10%.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pemilik Soloproperty.com, Adji Admodiwiryo, mengatakan belum semua pengembang menaikkan harga jual properti mereka. Namun, beberapa sudah menyampaikan perihal rencana kenaikan harga tersebut. Menurut Adji, kenaikan harga properti kali ini untuk mengimbangi kenaikan harga material bangunan, seperti besi dan semen yang mulai diberlakukan awal tahun ini.

Mengenai nilai kenaikan, Adji mengaku belum bisa memberi angka pasti. Namun, menurutnya, kenaikan harga tidak akan terlampau besar, hanya berkisar 5%-10%. “Tidak banyak naiknya. Sebagai ilustrasi misalnya harga naik Rp5 juta untuk properti seharga Rp130 juta,” kata dia.

Selain berangkat dari keinginan mengimbangi kenaikan harga material bangunan, kenaikan harga properti awal tahun ini juga untuk mengantisipasi rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang mulai ramai digaungkan, serta kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Kenaikan harga BBM, jelas dia, pasti akan berpengaruh terhadap harga material bangunan dan selanjutnya membuat ongkos pembangunan rumah membengkak. Sedangkan kenaikan TDL, meski diakui tidak memberi dampak langsung, bisa saja berpengaruh lantaran pabrik produsen material harus menanggung biaya produksi berlebih.

Kendati harga properti naik, Adji optimistis pasar tetap menerima. Pasar properti di Soloraya masih akan tumbuh seiring menjamurnya investasi di berbagai sektor di Soloraya. Terlebih, bunga bank untuk kredit kepemilikan rumah (KPR) juga kian ringan, mulai 8,5%-9% per tahun. Soal lokasi, masih seperti tahun 2011, dia menilai, pengembangan bisnis properti tetap menuju kawasan utara dan barat Solo. “Makamhaji, Gentan dan Purbayan masih favorit. Pengembang akan cari lokasi yang dekat dengan kota, masih tersedia lahan luas dan harga tanahnya masuk akal.”

Kenaikan harga properti dibenarkan Ketua Real Estate Indonesi (REI) Solo, Yulianto. Saat dihubungi Espos, Kamis, Yuli mengungkapkan beberapa pengembang telah menaikkan harga jual. Dia sendiri mulai menaikan harga properti sebesar 5% sejak Desember. Keputusan menaikkan harga dilakukan sebagai langkah mengimbangi kenaikan harga material bangunan. Selain itu, seperti Adji, kenaikan harga tersebut juga untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM. “TDL naik, saya pikir kecil pengaruhnya. Yang dominan adalah BBM. Kalau BBM naik, biaya juga transportasi naik karena solarnya naik. Material bangunan harganya pasti ikut naik,” kata Yuli.

Kendati demikian, dia mengakui beberapa pengembang masih menahan diri untuk menaikkan harga lantaran takut properti tidak laku. Namun, dia yakin tak lama lagi hampir semua pengembang bakal ikut menaikkan harga. Pasalnya, kenaikan harga di awal tahun adalah hal wajar mengikuti nilai inflasi. Selain itu, pengembang juga tidak bisa tutup mata dengan kenaikan harga material bangunan. Pengembang harus menjaga agar usaha mereka tetap menuai untung. Di sisi lain, dengan kenaikan harga hanya 5% itu, kustomer justru akan senang karena tahu mereka tidak sia-sia berinvestasi di bisnis properti.

JIBI/SOLOPOS/Tika Sekar Arum

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya