SOLOPOS.COM - Ilustrasi pembangunan perumahan (JIBI/Dok)

Properti Boyolali, bisnis perumahan komersial lesu diduga karena efek tax amnesty.

Solopos.com, BOYOLALI — Bisnis perumahan, khususnya perumahan komersial, di wilayah Boyolali mulai lesu sejak dua tahun terakhir. Selain karena lemahnya daya beli konsumen, program tax amnesty yang bergulir belakangan ini juga dituding sebagai pemicunya.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Salah satu pengembang perumahan di Kecamatan Sawit, Sudjatmiko, menjelaskan lesunya bisnis perumahan komersial akhir-akhir ini tak bisa dilepaskan dari gencarnya program tax amnesty. Menurutnya, tax amnesty secara tak langsung telah menjadi pintu pembuka data kekayaan warga.

“Secara tak langsung data-data orang kan terdeteksi kantor pajak semua. Jadi, jika mereka mau membeli rumah untuk investasi jadi mikir-mikir terkena pajak ganda,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa (30/5/2017) lalu.

Kondisi ini, kata dia, juga memengaruhi pajak balik nama, harga jual perumahan, dan biaya-biaya lainnya. Jika sebelumnya pajak jual beli rumah dihitung berdasarkan nilai jual objek pajak (NJOP), kebijakan saat ini tak lagi berlaku.

Petugas pajak, kata dia, akan mendatangi langsung lokasi perumahan dan menghitung harga pasaran. “Jadi, sekarang pajak berdasarkan harga pasaran, bukan berdasarkan harga NJOP seperti dulu yang dipasrahkan kepada notaris,” paparnya.

Pengembang perumahan lainnya, Anom Suratno, juga mengungkapkan hal senada. Menurutnya, meski harga material bangunan saat ini turun, tak secara otomatis membuat penjualan rumah lebih terjangkau.

“Banyak sekali faktornya, selain daya beli masyarakat yang melemah, juga pengaruh tax amnesty tak bisa kami mungkiri,” jelasnya.

Kondisi ini, kata dia, hampir terjadi merata di wilayah Soloraya. Jika sebelumnya sebulan bisa laku satu rumah saja sudah bagus, saat ini kebanyakan calon pembeli hanya melihat brosur dan lokasi perumahan, setelah itu tak kembali lagi.

“Perumahan komersial tipe 36 dan 45 memang susah saat ini. Orang lebih senang beli perumahan bersubsidi atau rumah besar sekalian, tidak tanggung,” jelas bos Griya Sawit Madani ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya