SOLOPOS.COM - Kartu prakerja (ilustrasi/bisnis.com)

Solopos.com, SOLO -- Pakar ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret (FEB UNS) Solo, Riwi Sumantyo mengkritik adanya program Kartu Prakerja di tengah pandemi Covid-19.

Menurutnya, hal ini sangat tidak efisien. Pasalnya, banyak yang belum terakomodasi dari pelaksanaan program Kartu Prakerja ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Bahkan, pakar UNS ini juga menyoroti adanya pelatihan di Kartu Prakerja ini yang justru tak berguna bagi pekerja terdampak pandemi Covid-19.

Mau Punya Uang Rp1 Miliar Saat Pensiun? Begini Caranya!

“Program ini memang bagus karena mengadopsi dari negara-negara lain yang mengakomodasi warga mereka yang sudah masuk usia pekerja, namun belum mendapatkan pekerja. Tapi implementasi di masa pandemi ini tidak tepat karena banyaknya pekerja yang terdampak. Apalagi ada program pelatihan yang mengarah arahnya justru menguntungkan salah satu platform digital. Apa yang dibayarkan itu sebenarnya bisa didapatkan secara gratis di platform lain," ujar Riwi kepada Solopos.com, Rabu (24/6/2020).

Kartu Prakerja ini akan efektif jika pemerintah lebih fokus memberikan dana bantuan segar tanpa embel-embel pelatihan daring.

Benarkah Diet Telur Rebus Jadi Cara Ampuh Menurunkan Berat Badan?

Selain itu, fokus untuk mengakomodasi semua pekerja terdampak juga penting dengan menggandeng beberapa organisasi bisnis di Indonesia, seperti Kadin, HIPMI, dan lainnya.

Gandeng Pengusaha

Lebih lanjut, ia juga mengharapkan pemerintah untuk menumbukan ekonomi sebesar tujuh persen agar lapangan pekerja bertambah.

Dosen FEB UNS ini juga meminta pemerintah untuk menggandeng para pengusaha untuk mencari solusi yang tepat daripada membuat program Kartu Prakerja.

Pakai Masker Sebabkan Jerawat? Begini Cara Mencegahnya

“Pelatihan online tidak memungkinkan dan tidak benar-benar dibutuhkan pekerja terdampak. Lebih baik menumbuhkan ekonomi ideal sebesar tujuh persen karena itu akan berdampak pada bertambahnya lapangan pekerjaan. Bayangkan, tanpa pandemi itu setahunnya ada 2,5 juta orang yang masuk usia kerja dan pengangguran. Jika dibiarkan bertambah akan membebani. Sebaiknya menggandeng pengusaha untuk mencari tahu bagaimana mencari solusi tepat,” ucap dia.

Kritik juga datang dari Ketua DPD FKSPN Karanganyar, Hariyanto.

Ini Dia Sosok Safira Inema Penyanyi Lagu Ku Puja-Puja

Ia sangat menyayangkan berubah-ubahnya aturan pendaftaran program Kartu Prakerja yang membuat buruh terdampak kehilangan semangat berjuang.

Munculnya banyak informasi tentang banyak penerima program Kartu Prakerja yang salah sasaran memperburuk keadaan.

Turun 15 Kilogram, Intip Tips Diet Ala Artis Melaney Ricardo

“Awalnya kami diminta mendata [buruh] yang terdampak untuk dilaporkan ke pemerintah. Tapi, kemudian ada perubahan lagi. Data dikembalikan dan kami diminta mendaftar secara mandiri melalui jalur online. Kami juga menerima info bahwa ada yang bukan pekerja terdampak, jadi cuma coba-coba, tapi malah mendapatkan bantuan. Sedangkan yang benar-benar butuh malah tidak dapat,” bebernya.

Potret Cantik Bella Bonita, Model Video Klip Los Dol - Denny Caknan

 

Logo Splice Lights On

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya