SOLOPOS.COM - Gubernur Ganjar Pranowo, menggendong salah satu bayi yang sedang ikut ibunya antre layanan KB di Rumah Sakit Natalia Boyolali, Rabu (10/8/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Program Expanding Maternal and Neonatal Survial (EMAS) dinilai efektif menekan angka kematian ibu dan bayi di Jawa Tengah (Jateng).

Semarangpos.com, SEMARANG – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) terus melakukan berbagai upaya untuk menekan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). Salah satunya adalah dengan penerapan Program Expanding Maternal and Neonatal Survial (EMAS) di tujuh daerah Jateng yang terbesar angka kematian ibu dan bayinya.

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Provincial Leader Program EMAS, Hartanto Hardjono, mengungkapkan bahwa EMAS merupakan program dari  Kementerian Kesehatan yang didukung United States Agency For International Development (USAID) yang fokus pada peningkatan kualitas pelayanan perawatan kepada ibu atau calon ibu, serta menguatkan sistem rujukan kegawatdaruratan. Sejak diluncurkan 2011 lalu, lanjutnya, program EMAS telah dilaksanakan di 30 kabupaten dan kota yang tersebar di enam provinsi di Indonesia, termasuk tujuh daerah di Jateng.

Hal itu ia sampaikan saat memberi sambutan pada Pertemuan Purna Program EMAS dan Berkelanjutan Program Penyelamatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Jateng, di Ruang Rapat Gedung B Sekretariat Daerah (Setda) Jateng, Jl. Pahlawan, Mugassari, Semarang Selatan, Kota Semarang, Jateng, Rabu (14/12/2016). “Beberapa tahun terakhir ada penurunan AKB dan AKI di 18 kabupaten dan kota, termasuk tujuh daerah yang mendapat pendampingan program Emas, yakni Kabupaten Brebes, Pekalongan, Cilacap, Grobogan, Tegal, Banyumas, dan Kota Semarang. Untuk Jawa Tengah tahun 2014 AKI mencapai 711 kasus, pada 2015 turun menjadi 619 kasus. Sedangkan sampai November 2016 tercatat 540 kasus,” papar Hartanto seperti dikutip Semarangpos.com dari Jatengprov.go.id.

Selain itu, Hartanto juga menjelaskan bahwa kematian ibu dan bayi yang baru lahir disebabkan berbagai faktor. Faktor tersebut di antaranya adalah anemia kronis, kekurangan energi kronis, serta gizi buruk yang dialami ibu atau calon ibu. Menurut Hartanto, kondisi kemiskinan, ketidaktahuan tentang kesehatan, serta gaya hidup yang keliru juga dapat menyebabkan risiko kematian ibu dan bayi.

Dalam kesempatan itu, Hartanto juga memaparkan bahwa program EMAS juga telah melakukan perbaikan layanan bersalin, penggunaan standar aturan di klinik, intervensi perbaikan perilaku tenaga kesehatan, penerapan manajemen risiko, serta melakukan audit kematian ibu dan bayi secara rutin.

Hartanto menyebut EMAS terus berupaya meningkatkan komunikasi dan kerja sama antarfasilitas kesehatan agar lebih mudah memberikan pelayanan darurat. Sistem rujukan menggunakan standar kinerja rujukan, kesepakatan jejaring rujukan, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, audit kematian ibu dan bayi secara rutin, serta memastikan setiap warga sudah terlindungi oleh asuransi sosial dan kesehatan. (Ginanjar Saputra/JIBI/Semarangpos.com)

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya