SOLOPOS.COM - Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid dan Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka menghadiri kegiatan Deklarasi Desa/Kelurahan Damai di Kelurahan Tipes, Serengan, Solo, Sabtu (9/10/2021). (Solopos-Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com SOLO — Program Desa/Kelurahan Damai digelar di Kelurahan Tipes, Kecamatan Serengan, Solo, Sabtu (9/10/2021). Program inisiatif Wahid Foundation tersebut ditujukan untuk penguatan mental masyarakat mengantisipasi munculnya intoleransi.

Deklarasi Desa/Kelurahan Damai di Taman Bermain Anak Pringgondani, Tipes, tersebut dihadiri langsung oleh Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid; Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka, dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Yenny menyampaikan program tersebut tidak hanya digelar di Solo. Solo hanya menjadi salah satu dari sekian desa/kelurahan di sejumlah provinsi yang telah mendeklarasikan desa damai.

Baca juga: Sepekan Berjalan, SGS 2021 Bukukan Transaksi Rp100 Miliar

Dia mengatakan berdasarkan hasil evaluasi, di wilayah tersebut sempat muncul kasus-kasus radikalisme atau intoleransi.

“Kemudian kami mencoba masuk untuk membangun kesadaran masyarakat agar menjaga kerukunan. Bukan hanya Solo, semua provinsi atau kota yang ada kasus. Kami ada indikatornya, yang dipakai juga oleh lembaga-lembaga internasional untuk mengukur intoleransi,” kata dia, Sabtu. Dia mengatakan program tersebut untuk mengantisipasi naiknya tingkat intoleransi di Indonesia secara umum.

Berdasarkan survei yang dilakukannya, Yenny menyebut Solo bukan merupakan daerah dengan tingkat intoleransi tertinggi. Bahkan berdasarkan survei yang telah dilakukan, Solo dan Jawa Tengah secara umum cenderung landai, dibandingkan DKI Jakarta dan Jawa Barat.

“Secara keseluruhan toleransi di Solo sangat tinggi. Kami mengukur sikap masyarakatnya. Sikap masyarakat Solo rata-rata sangat toleran. Tapi bisa saja ada kejadian-kejadian yang dilakukan orang dari luar Solo. Ini yang harus dibedakan,” lanjut dia.

Baca juga: Gibran dan Sandiaga Uno Mesra di Acara Apresiasi Kreasi Indonesia

Melihat adanya kemungkinan kejadian yang dilakukan oleh warga dari luar Solo, perlu adanya antisipasi dampak yang kemungkinan muncul.

“Untuk itu kami buat program desa damai. Salah satunya untuk memastikan tercipta ketahanan mental di tengah masyarakat. Jadi tidak mudah terprovokasi, ketika ada ancaman-ancaman dari luar, ada infiltrasi ideologi-ideologi yang mungkin berbeda dengan masyarakat, itu bisa diantisipasi sebab warga sudah dikuatkan,” kata dia.

Pengoptimalan Peran Perempuan

Beberapa kegiatan dalam program desa damai adalah pelatihan ekonomi, pelatihan toleransi, penghormatan terhadap keragaman, kebinekaan, serta pengoptimalan peran perempuan.

Evaluasi nantinya akan dilakukan secara berkelanjutan. Pihaknya akan bekerja sama dengan pemerintah kelurahan untuk menguatkan mental masyarakat.

Baca juga: Hiburan Malam Solo Kembali Beroperasi, DPRD: Jangan Euforia Berlebihan!

Wali Kota Solo, Gibran, berharap ke depan toleransi di Solo tetap kuat. “Harapan kami tentu tidak ada lagi intoleransi di Kota Solo. Tadi sudah ada deklarasi desa damai,” kata dia.

Sementara itu Ganjar, berharap program desa damai dapat disinergikan dengan program-program pembangunan yang sudah ada.

“Kalau desa-desa damai, memikirkan pembangunannya akan lebih mudah. Ini akan kami sinergikan dengan program desa inklusif. Ketika hubungan antarmanusianya beres, masyarakat tentram, mereka senang dan damai, pasti membangunnya akan sangat mudah. Sebab gotong royong biasanya akan lebih kuat,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya