SOLOPOS.COM - Pameran Hari Juang Kartika 2014, Sabtu (6/12/2014). (JIBI/Solopos/Antara/Septianda Perdana)

Program bela negara masih menjadi pertanyaan besar bagi sejumlah kalangan.

Solopos.com, SUKOHARJO — Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, berpendapat masalah komitmen kebangsaan sebenarnya bisa dipecahkan dengan pendidikan, keteladanan, dan konsistensi dari para penyelenggara negara. Oleh karena itu, konsep bela negara yang rencananya akan diwajibkan bagi setiap warga negara Indonesia, harus dimatangkan konsepnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya belum mengatakan setuju atau tidak setuju dengan wacana bela negara ini karena saya belum tahu bagaimana konsepnya secara utuh,” jelasnya saat ditemui wartawan seusai acara puncak milad ke-57 Universitas Muhamamdiyah Surakarta (UMS) di Auditorium UMS, Jumat (16/10/2015).

Jika bela negara menjadi semacam sistem wajib militer, terangnya, harus multiaspek. Konsep tersebut, terangnya, harus dimatangkan dengan melibatkan banyak pihak. Tidak hanya DPR, tapi juga berbagai kekuatan masyarakat.

Hal itu karena Indonesia dibangun dengan semangat kegotongroyongan. Oleh karena itu ketika ada kebijakan strategis yang menyangkut semua warga negara, ia mengusulkan agar dibicarakan dengan seluruh komponen bangsa.
“Banyak pihak belum tahu nanti konsep bela negaranya seperti apa. Ini harus digodok matang agar nantinya berhasil, tidak menjadi program yang gagal,” katanya.

Jika konsep bela negara diterapkan, Haedar mengusulkan agar tidak menggunakan model wajib militer. Ia juga tidak setuju jika programnya cenderung monolitik dan depresif. Ia beralasan, saat ini bangsa Indonesia sedang mengkonsolidasikan sistem demokrasi.

Ketua MPR, Zulkifli Hasan, sepakat dengan program bela negara. Bahkan menurutnya, MPR siap bekerja sama untuk merealisasikan program tersebut. Namun menurutnya jika program itu jadi dilaksanakan, metodenya perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman, metodenya disesuaikan dengan kondisi kekinian.

Keberadaan media sosial juga harus dipertimbangkan dalam konsep bela negara itu. “Harapannya agar generasi saat ini punya wawasan kebangsaan yang bagus, cinta Tanah Air, punya rasa persaudaraan kebangsaan,” jelasnya.

Menanggapi adanya kekhawatiran anggota masyarakat dengan konsep bela negara, Zulkifli Hasan berpandangan masyarakat saat ini perlu diperkuat konsep bela negaranya. Pasalnya realitas yang ada di lapangan, banyak orang yang mulai mengabaikan merah putih, hanya berpikir pendek untuk bangsa ini, tidak disiplin dan sebagainya. Oleh karena itu harus ada upaya untuk meningkatkan nasionalisme warga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya