SOLOPOS.COM - Foto udara proyek Masjid Al Jabbar di Gedebage, Bandung, Jawa Barat, Jumat (27/8/2021). Pemerintah Provinsi Jawa Barat kembali melanjutkan pembangunan Masjid Al Jabbar setelah sebelumnya dihentikan selama 1,5 tahun akibat pandemi COVID-19 dan ditargetkan akan diresmikan pada akhir 2022. (Antara/Raisan Al Farisi)

Solopos.com, BANDUNG–Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat meresmikan Masjid Raya Al Jabbar di kawasan Cimincrang, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung, Jumat (30/12/2022) lalu. Masjid Al Jabbar yang menjadi masjid termegah di Jawa Barat itu memiliki profil mengesankan.

Terdapat fakta-fakta menarik di dalamnya mulai dari lokasi, konsep, hingga kapasitas yang menyamai kapasitas stadion sepak bola yakni sekitar 50.000 orang.

Promosi Pelaku Usaha Wanita Ini Akui Manfaat Nyata Pinjaman Ultra Mikro BRI Group

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menjelaskan Masjid Al Jabbar bak anugerah bagi Jawa Barat. Sebab, seluruh yang ada di dalam nama Al Jabbar merepresentasikan Jawa Barat.

Kang Emil, sapaan akrabnya, menuturkan Al Jabbar ini dibangun dengan konsep keilmuan di dalamnya, yakni dari rumus matematika. Selain itu, Al Jabbar juga merupakan nama dari penemu rumus tersebut yang juga merupakan ilmuwan muslim terkenal di dunia.

“Konsepnya itu dari matematika, rumus matematika, ada sebuah rumus, matematika itu kan identik dengan Aljabar, ilmuwan matematika terkenal di dunia kan namanya Aljabar, kemudian Al Jabbar juga nama Asmaul Husna yang kita tuliskan di mihrab itu, yang artinya Agung, kebetulan juga Aljabar juga bisa adalah singkatan, Jawa Barat, jadi sudah takdirnya namanya itu, jadi Al Jabbar itu,” jelas Kang Emil di Masjid Al Jabbar, Kota Bandung, Senin (26/12/20222).

Bangunan Masjid Al Jabbar juga, lanjut Kang Emil, dibangun tanpa kolom sehingga bentuknya menjadi sangat megah.

“Artinya kita menjadi sangat kecil, tentunya [dalam] kita beribadah kepada Allah SWT,” jelasnya.

Kemudian, di dalam bangunan utama masjid, terdapat tiang-tiang yang menjulang berjumlah 12 tiang. Di dalamnya terdapat sistem sirkulasi udara yang baik sehingga menunjang kesejukan di dalam masjid agar lebih terasa nyaman.

“Kemudian dalam teknik supaya suasananya nyaman seperti sekarang, AC-nya tidak disemprot dari atas seperti biasanya, tapi disebar di tiang-tiang yang sudah disebar. Ini didesain tiang-tiang dalamnya AC, untuk menyamankan di bawah 2 meter-3 meter di atas lantai. Ini seperti Masjid Nabawi [rak di tiang] bisa dipakai untuk Al-Qur’an untuk tadarus,” jelasnya.

 

Jumlah Pintu Merepresentasikan Jumlah Daerah 

Profil mengesankan juga tergambar pada akses ke dalam bangunan utama Masjid Al Jabbar. Ada 27 pintu yang merupakan representasi dari jumlah daerah di Jawa Barat.

Masing-masing pintu tersebut dinamai laiknya nama daerah di Jawa Barat, lengkap dengan ornamen batik khas masing-masing daerah.

“Karena ini Masjid Jawa Barat, dari awal dikonsepkan agar ada pintu-pintu atau tempat dari 27 kota/kabupaten. Jadi kalau di-zoom, batiknya beda-beda. Pintu Majalengka, Pintu Ciamis, Pintu Garut, terus semua 27 wilayah terwakili kejawabaratannya,” jelasnya.

Kang Emil menjelaskan Masjid Al Jabbar merupakan masjid yang ia usulkan kepada Gubernur Jawa Barat masa jabatan 2013-2018 yakni Ahmad Heryawan saat Kang Emil masih menjabat Wali Kota Bandung.

Saat itu Jawa Barat belum memiliki masjid raya. Selama ini, Pemprov Jawa Barat ikut menempel nama di Masjid Agung Bandung di Alun-alun Kota Bandung.

“Pada 2016 menghadap, Pak Aher kalau bisa mah Jabar punya masjid raya sendiri, kan [selama ini] nebeng ke Masjid Agung Bandung, makanya Masjid Agung Bandung diubah namanya jadi Masjid Agung Raya Bandung Provinsi Jawa Barat. Padahal urutannya gini, masjid negara milik negara Istiqlal, kalau provinsi masjid raya, kalau kota/kabupaten itu masjid agung, kalau kecamatan masjid besar, kalau desa masjid jami,” jelasnya.

Setelah ini, maka masjid dengan kapasitas 50.000 jemaah ini akan menjadi Masjid Raya Jawa Barat sekaligus menjadi yang termegah di Jawa Barat.

“Ini cerita takdir, takdir arsitek jadi Gubernur, itu mah udah jadi takdir Allah. Saya Gubernur saya mengarsiteki juga, karena idenya saya ngasih usul ke Pak Aher,” ungkapnya.

 

Berfungsi sebagai Pengendali Banjir dan Penunjang Perekonomian

Area Masjid Al Jabbar yang dibangun di lahan hampir 28 hektare (ha) ini, ternyata tidak hanya berfungsi sebagai kawasan peribadatan. Namun, ada fungsi lingkungan di mana di bawah masjid ada kolam retensi seluas 7,2 ha.

Fungsinya untuk menjadi penampung air agar kawasan Gedebage, Kota Bandung tidak direndam banjir. Di sana juga akan menjadi kawasan wisata religi di mana kawasan yang memiliki arsitektur unik ini juga memiliki Museum Rasul yang merupakan pusat informasi sejarah islam di Nusantara dan Jawa Barat.

Kemudian, ada fungsi ekonomi di mana area yang dilengkapi dengan taman yang luas tersebut bisa dimanfaatkan untuk bazar, area rekreasi, hingga pusat jajanan. Sehingga, diharapkan perekonomian di daerah tersebut ikut terdongkrak.



Kang Emil mengatakan nantinya Masjid Al Jabbar akan dikelola laiknya Masjidil Haram dengan menerapkan kemandirian dan tidak tergantung pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

“Ujungnya itu, bisa mandiri seperti rumah sakit, pendapatannya ga usah masuk APBD dulu tapi langsung dipakai untuk operasional. Konsepnya harus seperti Masjidil Haram,” imbuhnya. Sehingga nantinya, segala bentuk aktivitas ekonomi di kawasan Masjid Al Jabbar bisa menghidupi operasionalisasi masjid tersebut. Itu lah profil Masjid Al Jabbar yang diklaim memiliki fasilitas terlengkap di Indonesia itu.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Akan Diresmikan Jumat, Ini Fakta Unik Kemegahan Masjid Al Jabbar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya