SOLOPOS.COM - Salah satu tokoh pemeran Punakawan, Bagong dalam pertunjukan yang digelar untuk Festival Thek Thek di Gelanggang Anuraga, Sabtu (19/11/2022). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI — Paguyuban Seni Segoro Muncar dari Kecamatan Wonosegoro Kabupaten Boyolali mulai eksis pada 2017.

Pembina Paguyuban Sujiyo, mengatakan seni pertunjukan punokawan milik paguyuban pernah mewakili Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) Boyolali di Festival Pertunjukan Rakyat Se-Jawa Tengah pada 2018.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Waktu itu, FK Metra Boyolali keluar sebagai juara II Tingkat Provinsi pada 2018. Cerita yang dibawakan yakni soal Bagong yang dikisahkan sebagai warga negara yang miskin.

Salah satu tokoh Punakawan itu merasa bangga menjadi warga negara yang miskin karena bisa mendapatkan banyak bantuan dari pemerintah.

Ekspedisi Mudik 2024

“Karena mendapat berbagai bantuan dari pemerintah, apapun dicukupi. Akhirnya malah tidak mau bekerja karena mengandalkan bantuan dari pemerintah,” terang Sujiyo pada wartawan saat ditemui dalam Festival Thek-Thek di Gelanggang Anuraga, Sabtu (19/11/2022).

Baca juga: FIESTA PENGHARGAAN SEKAR BANGSA 2013

Sejumlah bantuan pemberian dari pemerintah justru membuat dirinya malas dan hanya mengandalkan bantuan itu. Perilaku buruk Bagong juga ditampilkan ketika dirinya tidak mau ikut gotong-royong.

Kemudian, muncul tokoh Punakawan lain, Gareng, yang mendatangi Bagong untuk menyadarkannya agar kembali menjadi warga negara yang baik. “Gareng dating untuk menyadarkan saudaranya Bagong supaya ikut bermasyarakat, namun tidak diterima dan tetap ngeyel,” jelas dia.

Setelah Bagong tetap bersikukuh dan tidak ingin mendengar pendapat Gareng, muncullah tokoh Punakawan baru lagi, Petruk. Petruk memberikan pemahaman kepada Bagong hingga tersadar.

“Bagong akhirnya bisa memahami, dan bisa merasakan bahwa bantuan dari pemerintah akan dimanfaatkan, sebagian untuk konsumsi, sebagian untuk modal usaha,” kata dia.

Bantuan pemerintah dimanfaatkan dengan baik oleh Bagong, kata Sujiyo, supaya ke depannya bisa lebih sejahtera dan ikut mendukung program pemerintah.

Baca juga: Peringatan Sumpah Pemuda Jadi Momen Bangkitkan Karang Taruna di Gerdu Wonogiri

Pertunjukkan seni teater Punakawan diiringi alat musik jawa sederhana, seperti kentongan, kendang, dan saron.  Saat penampilan di Festival Thek-Thek, ada satu tokoh Punakawan yang terpaksa tidak diperankan, yakni Semar. Tokoh Semar meninggal dunia beberapa waktu lalu, kata Sujiyo, sehingga belum menemukan tokoh penggantinya.

Cerita Punakawan, kata Sujiyo, menjadi andalan dari paguyuban Segoro Muncar. Saat ini, Sujiyo menjelaskan Paguyuban Segoro Muncar sudah punya anggota yang cukup banyak, dan anggotanya juga diisi oleh anak-anak muda.

“harapannya, ketika berkaitan dengan seni, dari generasi muda juga bisa melestarikan budaya jawa, entah itu wayang, ketoprak, atau hal-hal lain,” kata dia.

Pasalnya, melihat kondisi saat ini, anak muda yang sudah jauh dari budaya itu susah, kata Sujiyo, makanya ia berpikir misalkan ada program wayang masuk sekolah untuk pelestarian budaya itu menjadi cukup bagus menurut Sujiyo.

Baca juga: HUT Ke-17 Himpaudi Klaten, 1.200 Peserta Ikuti Senam Kolosal dan Pentas Seni

“Meski hanya satu tahun sekali, tapi kalau dari TK sampai SD kelas VI kan, sudah enam kali melihat itu, jadi generasi berikutnya bisa lebih mencintai budaya-budaya,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya