SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harianjogja.com, BANTUL-Hanya dalam waktu tak sampai 10 tahun, ratusan Kepala Keluarga (KK) di Dusun  Mojolegi , Desa Karang Tengah, Imogiri Bantul terbebas dari kemiskinan. Mereka mengentaskan kemiskinan lewat  kegiatan ekonomi berbasis lingkungan.

Dibandingkan lima tahun lalu, jalan mendaki di ujung Desa Karang Tengah Imogiri Bantul itu sangat gersang. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, warga terpaksa harus menjadi pengemis.Pada era 1990-an, Desa Karang Tengah terkenal menjadi salah satu lumbung pengemis di Bantul yang biasa beroperasi di Kota Jogja akibat kemiskinan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berangkat dari situasi itu, warga berusaha menyulap tanah gersang dan bebatuan di Karang Tengah menjadi hutan belantara. Mereka percaya, membangun ekonomi warga tidak selalu dengan cara merusak lingkungan.Kini hasil kerasnya berbuah manis. Berkat bisnis pupuk organik, produk kacang mete, batik kayu, keris berbahan kayu, kain batik dengan pewarna alam serta bahan baku sutra dari kepompong ulat sutra liar, wilayah itu menjadi berubah.

Ekspedisi Mudik 2024

Berkat kerja keras itu, pada 2013 Karang Tengah menjadi desa wisata terbaik di Bantul. Tahun sebelumnya, pada 2012 desa ini masuk dalam 10 besar desa terbaik se-nasional, penghargaan itu diberikan Kementerian Pariwisata.

Bila musim hujan tiba, ratusan warga Karangtengah bakal sibuk memanen kepompong ulat sutra liar
yang hidup di pohon jambu mete dan mahoni. Dari hasilpanen ini, jadilah sepotong bahan baku kain sutra yang harganya mencapai jutaan rupiah.

Saat musim berganti kemarau dan kepompong mulai sirna, aktivitas di Bukit Hijau tak berhenti. Kini giliran jambu mete siap dipanen. Selain memanfaatkan 25 hektare lahan untuk tanaman jambu mete dan mahoni, warga yang tergabung dalam Kelompok Koperasi Catur Makaryo itu juga menyediakan empat hektare lahan untuk ditanami tanaman Indigovera. Daun ini digunakan untuk mewarnai batik kain dan meminimalisasi penggunaan pewarna sintetik yang tidak ramah lingkungan.

“Ampas dari rebusan daun itu saya gunakan untuk pupuk tanaman, tapi airnya bisa digunakan untuk mewarnai berkali-kali. Jelas enggak akan merusak lingkungan,” tutur Mufida menunjukan kain batik hasil buatannya.

Produk wisata alam lainnya adalah batik kayu dan keris berbahan kayu. Bahan bakunya dari pohon mahoni atau jati yang ditanam di Karang Tengah. Tak hanya itu sejak tahun lalu, Tugiran dan warga Dusun Mojolegi yang tergabung dalam Koperasi Catur Makaryo berinisiatif menjadi produsen pupuk organik. Kotoran ternak saja kata Tugiran tidak cukup. Sampah dedaunan seperti daun jati atau mahoni yang bertebaran di kampung Mojolegi ikut dikumpulkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya