SOLOPOS.COM - Senior PR Manager PT Sido Muncul Tbk, Nanik R. Sunarso (kiri) menerima penghargaan dari Wakil Direktur Bank BTPN di Gedung Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta,(10/10/2017). (Istimewa/Dokumen PT Sido Muncul)

Festival Film Nusantara (FFN) 2017 yang digelar dalam rangka HUT ke-72 TNI.
Solopos.com, SOLO--Sebagai perusahaan yang aktif menggelar kegiatan corporate social responsibility (CSR), PT Sido Muncul Tbk mengikuti Festival Film Nusantara (FFN) 2017 yang digelar dalam rangka HUT ke-72 TNI.

Video kegiatan CSR Operasi Katarak Gratis Tolak Angin Sido Muncul berhasil memikat dewan juri hingga ditetapkan sebagai Runner Up atau Juara Kedua Profil CSR kategori Kesehatan. Penghargaan tersebut diserahkan pada Selasa, (10/10/2017), di Gedung Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki, oleh Wakil Direktur Bank BTPN dan diterima Senior PR Manager PT Sido Muncul Tbk, Nanik R. Sunarso.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut siaran pers yang diterima belum lama ini, kegiatan CSR Operasi Katarak Gratis Tolak Angin Sido Muncul itu telah dilaksanakan sejak 2011 di 27 provinsi, 211 kota/kabupaten, di 236 Rumah Sakit/klinik mata di seluruh Indonesia.

Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat mengatakan dengan penghargaan ini, diharapkan dapat menginspirasi berbagai pihak agar dapat bersama-sama mendukung pemberantasan buta katarak di Indonesia.

Sementara itu, film garapan anak muda Solo berjudul Pesantrenku Tak Beratap meraih Juara III Kategori Religi dan Toleransi di ajang yang sama. Pesantrenku Tak Beratap digarap Remaja Masjid Tegalsari yang tergabung dalam Galsaray Film Production. Dalam kompetisi FFN mereka bersaing dengan 40 karya lain dari delapan kategori nominasi. Jumlah itu merupakan hasil seleksi dari total 335 film pendaftar.

Sutradara Anwar Fauzi, Jumat (13/10/2017), mengatakan cerita Pesantrenku Tak Beratap sangat sederhana. Mengisahkan tentang perubahan orang-orang yang dulu hidup di jalan yang salah. Mereka kemudian dipertemukan di satu tempat yang disebut basecamp. Di sana mereka memulai hidup baru setelah bertemu dengan seorang ustaz bernama Ali Naharussurur.
“Mereka itu [pemain], memang dulunya punya latar belakang kelam. Kemudian mulai berubah setelah megenal Agama. Konfliknya banyak, mulai dari pekerjaan. Misalnya mereka yang biasanya gampang cari uang dengan jadi preman, sekarang harus bersusah-susah dengan mencari nafkah halal,” cerita Anwar kepada Espos. Selain membuat Pesantrenku Tak Beratap, Galsaray Film Production aktif membuat puluhan karya mulai 2001.

“Karena kami ingin membuat karya yang bermanfaat untuk orang lain, selama ini yang kami buat memang film bertema religi. Genre-nya berbeda-beda, ada fiksi, ada dokumenter,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya